Tapi memasuki tahun kedua tanda-tanda gejolak mulai muncul. Perbedaan waktu yang awalnya tidak menjadi masalah, ternyata menjadi pemicunya. Ari tidak muncul di skype pada waktu yang dijanjikan. Nanda sudah menunggunya dari jam 5 sore, tapi dua jam menunggu, Ari tidak muncul-muncul juga. Perasaan Nanda campur aduk. Dia sangat gelisah karena pacarnya itu tidak memberikan kabar sampai malam hari. Nanda pun sampai tidak bisa tidur. Dan bisa ditebak keesokan paginya, penampilan dan moodnya sangat berantakan.
“Maaf ya Panda…Ari ketiduran semalam…” Nanda tidak membalas emailnya Ari. Email dari pacarnya itu terus masuk ke HP nya selama dia di kampus.
“Panda…maafin Ari. Ari benar-benar minta maaf. Ari janji malam ini bakalan on-skype.” Nanda tetap tidak bergeming untuk membalasnya ketika dia sedang berada di metro, pulang menuju apartemennya.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Ini sudah waktunya Nanda menghadap laptopnya untuk skype-an dengan Ari, tapi dia tidak calling duluan, dia menunggu Ari. Tapi sampai satu jam, pacarnya itu tidak juga online. Dada Nanda kembali sesak. Lebih sesak dari kemarin. Kemana Ari? Kemana pacarnya itu? Tiba-tiba ada email masuk. Dari Ari. “Maaf Panda. Ari nggak bisa on-skype lagi malam ini. Ari lagi ngerjain tugas di rumah teman. Daritadi udah berusaha mencari waktu untuk skype-an, tapi nggak bisa. Maafin Ari ya, Panda.”
Nanda memejamkan mata. Perlahan air mengalir di kedua sudut matanya.
* * *
Semenjak kejadian itu, hubungan mereka sudah tidak lagi sama. Rasa percaya Nanda kepada Ari mulai berkurang. Padahal di satu sisi Ari tidak pernah mengkhianatinya, Ari jujur ketika dia tidak on-skype karena ketiduran maupun sedang mengerjakan tugas. Tapi bagaimana mungkin Nanda tahu akan hal itu.
Di tahun kedua ini, hubungan mereka mulai goyah, ternyata LDR tidak semudah yang mereka harapkan. Nanda pun tidak pulang di liburan tahun ini, karena orang tuanya mengunjunginya ke Jerman dan liburan di sana. Ari pun jadi tidak bisa menjelaskan semua alasannya secara langsung.
Dan entah kenapa, seiring waktu, memasuki tahun ketiga, Ari dan Nanda sudah ragu dengan hubungan yang mereka jalani. Perlahan komunikasi mereka tidak sesering dulu. Selain karena jadwal kuliah yang padat, mereka juga lelah jika setiap waktu harus memberikan kabar tanpa bisa melihat langsung pasangan mereka. Hubungan kedua sejoli ini pun sudah bisa dikatakan “putus”, tanpa salah satu di antara mereka mengatakannya.