Cantik sekali. Rambut panjangnya yang hitam gelap dibiarkan terurai. Sinar matahari sore menerpa wajahnya lembut, menambah keanggunan goresan wajahnya. Sesekali dia menyeruput cappuccinonya pelan. Ah… siapa sangka ternyata wanita, mentari sore, dan kopi memiliki perpaduan keindahan yang begitu menyihir.
Ingin sekali Ari menghampirinya, tapi entah kenapa dia menjadi gugup. Mendadak dia bingung akan mengatakan apa jika sudah di hadapan wanita itu. Diseruput Kopi Torajanya yang mulai dingin. Dan sudah diputuskan dia akan menunggu saja, sampai ada keberanian baru akan menghampirinya.
* * *
Semua siswa SMA Kencana bersuka cita, pasalnya pagi itu adalah pengumuman kelulusan mereka. Dan seperti tahun sebelumnya, SMA Kencana berhasil meluluskan semua siswanya. Tak pelak, lapangan sekolah pun dipenuhi dengan seragam yang dicoret-coret. Larangan dari Depdiknas hanya seperti angin lalu. Pihak sekolah pun tidak ingin merusak kebahagiaan mereka.
“Ri, tanda tangan baju gue dong!” Bagas memberikan spidol warna birunya kepada sahabatnya itu. Dia membalikkan badannya.
“From Ari, sahabat loe tercinta.”
“Aseeem! Pake kata-kata tercinta lagi tu.”
“Emang mau pake kata apalagi. Itu dah yang paling cocok.” kata Ari sambil tertawa. Dia mengembalikan spidolnya kepada Bagas.
“Sahabat teraneh kek, sahabat terjelek kek. Gue bukan gay kali pake cinta-cintaan.” Ari kembali tertawa melihat respon sahabatnya itu