Dalam persidangan, permasalahan yang dibahas adalah perlunya peningkatan mutu sekolah dasar pribumi, agar murid dapat melanjutkan pendidikan menengahnya pada lembaga-lembaga di mana bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar. Selain itu, pembahasan juga terkait dengan masalah desa organ baru organisasi, tetapi suasana rapat mencerminkan kelesuan Budi Utomo.
Budi Utomo pada hakikatnya memiliki nama lengkap het jong Javaasch Verbond Boedi Oetomo (Ikatan Pemuda Jawa Boedi Oetomo). Setahun pasca-berdiriny, Budi Utomo memang makin terlihat tidak aspiratif kepada ajaran Islam, hal yang demikianlah yang membuat Kyai Ahmad Dahlan mundur dari organisasi ini dan akhirnya mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912.Â
Budi Utomo juga memandang Islam sebagai agama yang kurang memberikan respek terhadap ajaran dan kebudayaan di Indonesia, dalam Islam bakat-bakat orang sebagai bangsa tidak mungkin diungkapkan sepenuhnya, begitulah perkataan anggota Budi Utomo yang menganut Jawaisme.
Sistem keanggotan Budi Utomo yang terbatas pada wilayah Jawa dan Madura perlahan mulai menjadi boomerang bagi oorganisasi itu sendiri. Â Hingga sebelum tahun 1940-an, Budi Utomo melebur bersama organisasi pergerakan lainnya untuk kemudian membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra).
Referensi
Fajruddin Muttaqin dan Wahyu Iryana. (2015). Sejarah Pergerakan Nasional. Bandung: Humaniora.
Sartono Kartodirjo. (1993). Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 2. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H