Stasiun ini tepat berada di tengah-tengah jalan protokol, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Jika anda mengambil jadwal pukul delapan pagi, maka akan sampai Kota Solo kurang lebih pukul setengah sepuluh. Destinasi pertama adalah mengisi perut yang keroncongan akibat kelaparan.Â
Selat Gajahan, si Manis sejak era kolonial
Ketika pergi ke Solo, wajib sekali untuk menyantap hidangan satu ini. Warung-warung Selat bisa ditemui di hampir seluruh Kota Solo. Selat Solo salah satu makanan yang merupakan akulturasi budaya dari era kolonilisme.Â
Pada masa penjajahan Belanda, juru masak di kerajaan akhirnya menggabungkan dua kebudayaan yang berbeda dalam satu piring. Selat Solo sendiri terdiri dari Sayur-sayuran seperti Wortel, Bunci, Seladan dan Tomat yang di steam sebentar.Â
Sebagai protein dihidangkan potongan daging yang dimarinasi dengan sempurna oleh bumbu manis. Untuk Karbohidrat, dihidangkan potongan Kentang yang direbus kemudian digoreng. Bahan-bahan utama tersebut kemudian diguyur oleh kuah cokelat pekat yang terbuat dari Kecap Manis, Gula Jawa, Bawang Putih, Asam Jawa dan beberapa bumbu lainnya.Â
Sebagai penyegar, disajikan dengan Mayonise Jawa yang berbeda dengan Mayonise pada umumnya. Salah satu Warung Selat yang recommended adalah Warung Selat Gajahan yang berlokasi di Jalan Padmonegoro No.5, Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
Kompleks Keraton Solo dan Jejak-jejak Sejarah
Puas dengan Selat Solo yang memanjakan lidah, saatnya mengajak diri untuk berkelana ke masa lampau lewat jejak-jejak peninggalan Keraton Solo. Dari Selat Gajahan, bisa ditempuh dengan jalan kaki selama lima belas menit atau naik taksi online. Dalam kompleks Keraton Solo kita disuguhi bermacam-macam bangunan yang menarik, spot foto dan sejarah yang kaya.Â