Mohon tunggu...
Raymond Y. Patty
Raymond Y. Patty Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku mungkin tampan, tapi yang jelas aku tidak narsis. | El Condor Times http://t.co/Npropwo3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan, Kebudayaan dan Ideologi: Intrepretasi Ulang-Alik Hubungan Kekuasaan dan Pendidikan dalam Naskah Lakon Mastodon dan Burung Kondor

27 Mei 2012   09:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:43 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Galau

Yah jelas lah, itu karena secara sadar ataupun nggak sadar, sistem nilai yang kita dapet tuh pada tarik-tarikan satu sama lainnya. Cara ngehindarinnya sebenernya gampang. Sebelum kita kepentok sama produk budaya tertentu, jangan dulu kita telen mentah-mentah tuh budaya. Ntar jadinya galau lho... Kita kudu kritis dan kreatif dalam menentukan sikap kita. Kita bisa teladanin tuh sikap Yose Karosta, si protagonis dalam naskah Mastodon dan Burung Kondor:

“Aku mengandalkan kemampuanku untuk mengkritik diriku sendiri, untuk meneliti ke dalam diriku sendiri. Di samping itu aku juga menghargai kritik sesama manusia, sebagai rangsangan untuk perkembangan baru. Pandanganku di dalam kemasyarakatan pun sama; aku mengandalkan kemampuan masyarakat untuk mengkritik dirinya sendiri, untuk meneliti dirinya sendiri” (Rendra 2011: 117).

Cukup sekian dulu deh. ^_^ Trims berat yah untuk yang udah mau baca. Sorry banget yah, kalo rada-rada krik2... Tabik.

(Ra.Ya.P.)

Rawamangun, 15 Februari 2012

Referensi: Apple, Michael. (1979). Ideology and Curriculum. New York and London: Routledge. Freire, Paulo. (1991). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3S. Rendra, W. S. (2011). Mastodon dan Burung Kondor. Jakarta: Burungmerak Press. Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

***

[1] Kita bisa ngeliat contohnya dalam perubahan kebijakan politik di Prancis tahun 1968, di Amerika Serikat tahun 70-an, di Indonesia tahun 1965 dan 1998, juga di negara-negara timur tengah belakangan ini.
[2] Dengan begini, kita bisa ngeduga-duga deh satu alternatif jawaban kenapa suka ada konflik nilai antar generasi dimana-mana (contoh lumayan klasik: konflik antara Rhoma Irama dan Inul Daratista tentang dangdut religius vs. dangdut sensual). Mungkin aja emang karena sistem nilai yang dianut satu generasi dengan generasi-generasi berikutnya emang berbeda. Karena mereka emang dididik oleh kebudayaan yang beda. Yang juga dihegemoni ama ideologi yang beda. Bisa karena ideologinya emang beda karena mereka dibesarkan oleh kebudayaan yang dari awal emang jelas beda; bisa karena ideologinya sendiri berkembang seiring berkembangnya kebudayaan masyarakat; atau bisa juga karena ideologinya berubah karena transformasi sosial dalam masyarakat.
[3] Kenapa coba kita wajib belajar Bahasa Inggris di sekolah? Kenapa ada Bahasa Inggris di kurikulum nasional kita? Padahal negara Inggris kan jauh di sono. Dan bahasa Internasional kan bukan cuman Inggris doank. Jangan-jangan ini ngaruh loh sama ideologi negara-negara kuat yang mayoritasnya berbahasa Inggris (AS, Inggris, Australia, dll) yang pengen menanamkan pengaruhnya di negara kita. Dan ini udah berlangsung sejak luaaamma banget. Dan gak cuma di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun