Terus, salah satu dari ideologi-ideologi ini yang paling dominan—atau lebih tepatnya beberapa ideologi dominan yang dikompromikan untuk nggak saling bertentangan satu sama lainya—tuh ‘ngerembes’ atau masuk deh kedalam relung-relung praktek pendidikan yang tiga tadi. Akibatnya adalah pengaruh kebudayaan dari ideologi-ideologi tadi, termasuk juga didalemnya sistem nilai, pada orang-orang yang ngejalanin praksis pendidikan tersebut.[2] Nah, ideologi dominan tuh beda-beda di tiap masyarakat. Tergantung ama perkembangan masyarakatnya dan juga tergantung kebijakan-kebijakan yang dibuat ama pihak-pihak yang punya kekuasaan di masyarakat itu. Klo kita batesin ruang lingkupnya negara, yang buat kebijakan yah pemerintah. Tapi pemerintah suatu negara juga nentuin kebijakan-kebijakannya--yang akhirnya nentuin ideologi-ideologi dominan di masyarakatnya--juga dipengaruhin ama kekuasaan yang lebih gede lagi. Misalnya PBB, atau negara lain yang punya kekuasaan yang lebih gede kayak AS dan China.
Ideologi dan Kebudayaan Dominan dalam Praktek Pendidikan Formal
Kalo di pendidikan formal nih, katanya peran ideologi tuh gede banget lho. Karena pengaruhnya ama kurikulum dan sistem pendidikan yang berlaku didalem satu negara. Gak percaya? Coba deh inget-inget lagi apa aja yang udah kita terima di bangku sekolahan ‘n kuliahan. Mata pelajaran apa aja yang wajib dalam pendidikan formal selama ini? Kebijakan apa aja yang wajib kita jalanin? Kenapa musti, kudu, wajib, dijalanin? Terus, sistem nilai dan budaya apaan aja yang udah kita dapetin tuh semenjak kita TK ampe kuliah yang masih ngebekas banget sama kita sekarang? Dan, kenapa semuanya itu harus terjadi!? (Kenapa coba, tebak...).
Katanya sih itu karena ideologi dan budaya yang dominan itu merasuk kedalam pendidikan formal dalam bentuk yang formal (misalnya dalam kebijakan lembaga pendidikan, sistem, dan kurikulum), maupun informal (kalo yang informal kita bahas nanti dibawah aja yah…), dan ngupayain nilai-nilai ideologi dominan itu tertanam. Nah, kalo untuk yang formal ini bahkan bisa membentuk pola kebahasaan, sudut pandang terhadap sesuatu, dan ilmu pengetahuan tertentu[3] yang harus dikuasai. Ujung-ujungnya sih itu semua demi memperkokoh tumbuh kembangnya ideologi tersebut di masyarakat (Apple, 1979).
Ideologi dan Kebudayaan Dominan dalam Praktek Pendidikan Non-Formal
Dalam pendidikan non-formal, peran ideologi juga penting banget loh. Tapi di sini gak terlalu disetir sama yang empunya kebijakan tertinggi pendidikan formal (baca: pemerintah—red). Program pendidikan bisa dikelola sama siapa aja sesuai dengan ideologi yang dipegangnya. Bisa perusahaan, NGO, Ormas, pihak asing, sampai oleh ibu-ibu pengajian di sekitar rumah kita.
Ideologi dan Kebudayaan Dominan dalam Praktek Pendidikan Informal
Nah, kalo dalam pendidikan informal nih, peran ideologi dominan (serta turunannya dalam bentuk kebudayaan) tuh paling gGuEDdE banget pengaruhnya. Selain itu, pendidikan informal tuh jalannya beriringan dan berjalinkelindan (dan kadang berbenturan) dengan praktek pendidikan lainnya; formal dan non-formal.
Kayak yang udah kita bahas diatas, pendidikan informal itu dapetnya bisa dari mana-mana aja. Bisa dirumah, disekolah, kampus, jalan-jalan di Mall, di TV, Internet, dll. Karena kita sekarang hidup di jaman yang serba canggih, arus informasi tuh jadinya cepet banget bolak-baliknya. Karena itu ideologi-ideologi dominan pun juga sering-sering mejeng loh dimana-mana dalam bentuknya sebagai produk-produk budaya ideologi tersebut.
Selanjutnya produk budayanya ngebentuk budaya dan sistem nilai kita pribadi deh. Makanya, kalo kita nggak kritis ‘n kreatif, bisa-bisa jadinya kita telen mentah-mentah tuh produk budaya sekalian ama ideologi dan sistem nilainya tanpa ngeliat dulu realitasnya tuh kayak gimana.
Nah, karena produk budaya yang kita konsumsi itu mewakili ideologi yang bisa jadi nggak sama atau malah bertentangan satu sama lainnya. Makanya kadang-kadang kita tuh suka galau kalau ngedapetin masalah pelik dalam kehidupan. Ya, nggak...?