Selamat pagi, itu adalah ucapan yang sering kudengar darinya setiap pagi. Hujan deras, tak sesuai prediksi. Aku berdiri mematung seperti orang tolol di depan rumahnya. Seragam putih abu-abu yang kukenakan kini basah kuyup diguyur hujan.
"AccuWeather sialan!" umpatku, tiba-tiba air mataku jatuh tak terbendung.
Beberapa jam yang lalu.
Seperti biasa, di pagi hari yang tampak biasa-biasa saja, namun aku berharap hari ini akan menjadi luar biasa. Aku melewatkan sarapanku dan seperti biasa, aku selalu melihat prakiraan cuaca. Hari ini tampak cerah, sedikit berawan.
Pagi itu, aku memutuskan untuk membolos. Aku berpikir bahwa lebih baik bermain di sungai, dibandingkan harus bernyanyi di depan kelas. Itu sungguh memalukan.
Tak kusangka bahwa dia sudah ada di depan rumahku. Wajahnya terlihat pucat pasi. Aku menghampiri dan berjalan pergi bersamanya, dia mengikutiku dari belakang tampak begitu lesu. Kami tak banyak bicara saat itu.
"Apa kau sudah sarapan? Ayo, kita beli lotek dulu!" ajakku, membuyarkan keheningan di antara kami berdua.
"Kau tak biasa sarapan, nanti malah sakit perut seperti minggu lalu." Balasnya.
Aku mengangguk menyetujui, "Oiya, bagaimana kalau kita pergi berenang ke sungai saja?"
"Ide bagus, orang-orang pasti tak tahan mendengar suara jelekmu."