Mohon tunggu...
Raul Muflih
Raul Muflih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

masih belajar dalam hal penulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Al-Qaeda: Terorisme Global Pasca 2000

4 Juni 2023   23:25 Diperbarui: 5 Juni 2023   07:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Terorisme sudah menjadi isu dalam hubungan internasional sejak lama sehingga bukanlah menjadi hal baru dalam dunia. Contohnya, adanya pembunuhan dan penculikan yang dilakukan oleh Sicarri "The Dagger Man"  dalam melawan Romawi di Yudea dan melawan orang Yahudi pada abad pertama. 

Lalu, adanya Thugee yaitu  ritual pembunuhan sebagai tanda penghormatan kepada Dewi Kali di India. Hal ini adalah salah satu tindakan terorisme yang dilakukan pada zaman dulu. Namun hingga pada tahun 1990 isu terorisme ini masih sering diabaikan serta hanya dijadikan isu keamanan tingkat dua karena dianggap sebagai isu keamaanan yang hanya terjadi di suatu negara. Terjadinya tragedi 9/11 di gedung World Trade Center (WTC), Amerika Serikat menjadikan isu terorisme menjadi perhatian global sehingga membuat terorisme menjadi isu keamanaan internasional.

Terorisme berasal dari kata "to terrorize" yang berarti menakut-nakuti, selain itu juga berasal dari kata "terere" yang berarti ketakutan yang luar biasa sehingga Terorisme secara umum dapat diartikan sebagai tindakan menakut-nakuti dengan membuat ketakutan yang luar biasa. 

Ciri utama terorisme adalah melakukan tindakan dan ancaman yang berupa penyanderaan, pengeboman, pembajakan, dan lain sebagainya. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menakut-nakuti masyarakat dan mempengaruhi masyarakat dengan menyerang sisi psikologis mereka dengan cara menciptakan rasa ketakutan sehingga aktor terorisme dapat menjalankan tujuannya utamanya. 

Aksi teror ini dilakukan oleh aktor non-negara serta para pelaku ini tidak melabeli diri mereka sendiri sebagai teroris namun malah menyebut diri mereka sebagai pejuang bahkan korban sehingga aksi tersebut dilakukan untuk melawan dominasi pemerintahan dengan kekerasan. Untuk menghadapi aksi terorisme, dunia menanggapinya dengan perang global yang menjadi salah satu aksi negara-negara di dunia untuk melawan, mencegah, dan mengurangi aksi terorisme.

Terorisme pasca 2000

Bersamaan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi bentuk dari terorisme juga mengalami perubahan. Terorisme baru didefinisikan sebagai suatu bentuk terorisme yang lebih radikal dan membinasakan dibanding dengan terorisme tradisional karena sifat organisasi yang dimiliki, karakter politik, strategi dan motivasi yang melatarbelakangi aksinya. Terorisme awalnya sebagai gerakan nasionalis atau separatis dengan tujuan untuk menggulingkan kekuasaan asing dan membentuk kekuataan sendiri, namun hingga akhirnya agamalah yang menjadi faktor utama pendorong terorisme. Terorisme telah menjadi perintah agama bahkan menjadi tugas suci bagi para teroris. 

Kelompok terorisme baru ini lebih meluas dan tidak terintegrasi dalam suatu kelompok kecil saja sehingga sangat terstruktur dalam meluaskan jaringannya secara geografris. Taktik yang digunakan pun non-diskriminatif seperti bom bunuh diri karena cenderung bersifat religius. Melihat dari hal tersebut, pola serangannya jauh lebih berbahaya daripada terorisme tradisional karena mengarah pada dorongan religius. 

Terorisme yang berbasis keagamaan ini keagamaan menganggap bahwa tindakan yang mereka lakukan suci dan sesuai dengan kehendak tuhan seperti Islamisme radikal. Islamisme radikal menjadi ancaman terorisme paling berat pada masa kini karena bertujuan untuk membentuk negara baru berdasar syariat Islam. Gerakan ini cenderung menolak demokrasi, memaksa ketaatan perempuan, dan menganggap bahwa modernisasi merupakan suatu ancaman. Islamisme radikal juga menyebarkan pengaruh ke negara lain untuk turut serta mendirikan negara berdasarkan hukum islam. Salah satu bentuk Islamisme radikal adalah kelompok terorisme Al-Qaeda.

Al-Qaeda merupakan organisasi gerakan terorisme global yang menyatakan diri sebagai gerakan yang akan membawa ajaran Islam kembali seperti pada zaman Nabi Muhammad. Al-Qaeda menilai bahwa Amerika Serikat dan Barat merupakan penyebab dari menyimpangnya ajaran agama Islam. 

Ideologi dari kelompok terorisme ini ada jihadisme karena segala bentuk tindakan yang dilakukan seperti operasi penyerangan, kekerasan, ancaman sebagai bentuk dari jihad. Mereka mempercayai bahwa jidah memiliki arti perang suci untuk mempertahankan kesucian ajaran Islam dengan melakukan tindakan apapun termasuk mengorbankan diri sehingga sebagian aksi teror yang dilakukan melibatkan bunuh diri dari pelaku.

Al-Qaeda sendiri merupakan organisasi terorisme global yang terorganisir karena mereka memiliki jaringan yang sangat luas bahkan membagi jaringan tersebut menjadi 4 kluster yang tersebar di beberapa wilayah dengan nama yang berbeda-beda. Kluster yang tersebar di beberapa wilayah ini bergerak secara bebas yang mana mereka dapat melakukan tindakan terorisme dan aksi jihad tanpa harus menghubungi atau izin ke kluster pusat dengan syarat target utamanya adalah Amerika Serikat, negara-negara Barat, dan orang Yahudi. Strategi tersebut membuat tindakan terorisme Al-Qaeda sulit ditebak bahkan jika salah satu kluster ditangkap, Al-Qaeda masih mempunyai kluster lain untuk melakukan aksinya.

Aksi terbesar yang dilakukan oleh Al-Qaeda adalah penyerangan terhadap menara kembar WTC (World Trade Center) New York, AS. Sebanyak 19 anggota Al-Qaeda membajak 4 pesawat yang sedang menuju Amerika Serikat. Pesawat pertama, American Airlines Boeing 767 yang mengangkut 20.000 galon bahan bakar jet ditabrakkan ke menara utara WTC, tepatnya di lantai 80 yang seketika menewaskan ratusan orang. selang 18 menit, pesawat United Airlines 175 menabrak menara selatan WTC di sekitar lantai 77 hingga 85. Serangan ini menyebabkan runtuhnya menara kembar WTC yang menjadi lambang kekuatan ekonomi Amerika Serikat. Belum selesai kepanikan yang melanda Amerika Serikat, pesawat American Airlines Flight 77 jatuh di sisi barat Pentagon yang merupakan markas militer AS dan menewaskan 125 tentara dan warga sipil serta 64 orang penumpang pesawat tersebut. Sedangkan pesawat keempat, united Airlines dengan nomor penerbangan 93 jatuh di wilayah pedesaan Pennsylvania.

Berkembangnya peradaban dunia juga merubah Al-Qaeda, saat ini Al-Qaeda menyesuaikan diri dengan kondisi baru jaringan global dengan memilih beroprasi sebagai jaringan yang longgar daripada membentuk organisasi yang bersifat memerintah dan mengontrol, serta Al-Qaeda juga memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi modern secara ekstensif. Setelah peristiwa 9/11, Amerika Serikat menindak lanjuti dengan menangkap dan menewaskan sepertiga dari pemimpin Al-Qaeda dan menghapuskan markasnya di Afghasnitan. Oleh karena itu, kini Al-Qaeda berjalan di bawah bayangan sekutunya yaitu ISIS atau Negara Islam Irak Suriah.

Apakah Terorisme dapat diberantas?

Melihat kasus terorisme Al-Qaeda yang terjadi pada tanggal 9 September 2011, dapat dikatakan bahwa terorisme menimbulkan tantangan yang sulit bagi negara. Tidak seperti ancaman militer lainnya, teroris sering kali tidak memiliki basis atau lokasi konvensional dan mereka mungkin sulit dibedakan dari penduduk sipil pada umumnya. Selain itu, sangat sulit untuk melindungi maupun mencegah serangan bersenjata yang dapat menyebabkan penyanderaan, serangan bom, pembunuhan, bahkan hingga serangan bunuh diri. Namun, terlepas dari hal itu yang masih menjadi pertanyaan besar hingga saat ini adalah apakah aksi terorisme dapat diberantas? Banyak pendapat mengenai hal tersebut, dapat kita lihat melalui upaya memerangi terorisme dengan pendekatan strategi kontra-terorisme yang berfokus pada Represi Militer.

Represi Militer merupakan strategi berbasis kekuatan dan dalam beberapa tahun terakhir dikaitkan dengan "perang melawan terror." misalnya, pada penggulingan rezim Taliban di Afganistan pada tahun 2001, meskipun dugaan keterkaitan terorisme juga menjadi salah satu dalih untuk menjatuhkan Saddam Husein pada tahun 2003. Namun, hingga kini sulit untuk melihat bagaiman terorisme dapat dikalahkan hanya dengan pendekatan militer. Menurut beberapa catatan kontra-terorisme berbasis kekuataan dinilai sangat buruk. 

Penilaian buruk tersebut mengacu pada negara-negara yang menerapkan kekerasan kontra-terorisme besar-besaran hanya menghasilkan tingkat kekerasan terorisme yang semakin besar. Oleh karena itu, banyak komandan militer berpendapat bahwa terorisme dan pemberontakan hanya dapat dikurangi ke tingkat yang dapat dikelola atau lebih rendah daripada diberantas. Jadi dapat dikatakan bahwa terorisme itu sendiri tidak dapat diberantas tuntas hingga akarnya, tetapi hanya dapat dikurangi dan dikelola oleh pihak militer.

Pendekatan Realisme terhadap Terorisme

Asumsi dasar kaum realis adalah bahwa dasarnya manusia itu haus kekuasaan. Keinginan untuk menghapus power itu mustahil dan politik internasional itu adalah struggle for power. Oleh karena itu, menurut pendekatan realis, kekuatan militer adalah yang paling utama. Dalam pandangan realis teroris itu tidak ada karena terorisme hanya sebagai realitas dari politik internasional yang anarki. Oleh karena itu, untuk menghadapi politik yang anarki tersebut digunakanlah kekuatan militer yang berupa represi militer sebagai perang melawan teror. 

Pandangan realis didominasi oleh 3 asumsi dasar yaitu, negara adalah aktor utama, negara betindak secara rasionalitas, dan terakhir adalah politik itu cara untuk memperoleh kekuasaan. Melihat dari serangan balik Amerika Serikat atas kejadian 9/11, hal tersebut bagi kaum realis merupakan hal yang wajar dikarenakan Amerika Serikat adalah negara super power, maka harus bertindak secara rasional atas yang mengancam negaranya sehingga melakukan serangan balik terhadap aksi terorisme. Dalam pandangan realis juga, aksi melawan teror sebenarnya hanya ingin menunjukkan hegemoni Amerika Serikat yang berkeinginan untuk memperkokoh imperiumnya di tengah-tengah berkembangnya persaingan antar negara di tatanan nasional. 

Aksi terorisme yang dihadapi Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda imperium mereka mulai tergoyahkan dalam sistem politik internasionalyang bersifat anarki. Dalam pemikiran realis, baik realisme tradisional maupun realismestruktural, perilaku negara yang keras merupakan konsekuensi logis dariperebutan kekuasaan dalam kancah politik internasional. Oleh sebab itu,tindakan balasan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara yang dianggap melahirkan aksi-aksi terorisme menjadi kewajaran mutlak, karena bagi pendekatan realis manusia bersifat self-interested dalam keadaan state of nature yang akan berperang antara satu dengan yang lainnya.

Penutup

Terorisme menjadi isu sejak lama di dalam hubungan internasional. Terorisme adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan politik guna mendapatkan kekuasaan dengan menggunakan tindak kekerasan. Karakteristik terorisme pasca 2000 adalah aksi teror radikal yang bersifat keagamaan, jaringan kelompok terorisme lebih luas dan terstruktur, pola serangan non-diskriminatif, organisasi bersifat memerintah dan mengontrol dengan jaringan yang longgar, memanfaatkan iptek secara ekstensif, penggunaan senjata secara fleksibel, terorisme sebagai mitra alat pembangun jaringan persekutuan. 

Salah satu kasus terorisme pasca 2000 adalah tragedi 9/11 di Gedung World Trade Center (WTC), Amerika Serikat oleh organisasi terorisme Al-Qaeda. Al-Qaeda merupakan organisasi terorisme global yang menyatakan diri sebagai gerakan yang membawa Islam kembali seperti pada zaman Nabi Muhammad. Al-Qaeda menganggap Amerika Serikat dan Barat sebagai musuh historis Islam karena peristiwa masa lalu yang merugikan negara Islam dari segi ekonomi, politik dan sosial. 

Setelah kejadian 9/11, Amerika Serikat langsung menindak lanjuti tindakan tersebut dengan salah satu pendekatan strategi kontra-terorisme, yaitu Represi Militer. Tindakan yang dilakukan Amerika Serikat adalah menangkap dan menewaskan sepertiga dari pemimpin Al-Qaeda dan menghapuskan markasnya di Afganistan. Namun, Al-Qaeda tidak berhenti disitu, tetapi mereka mengambil Langkah lain dengan berjalan di bawah bayangan sekutunya, yaitu ISIS. Sehingga dapat dikatakan tindakan terorisme tidak dapat diberantas hingga ke akarnya, tetapi hanya dapat dikurangi ke tingkat yang dapat dikelola atau lebih rendah.

Penulis : 

1) Alexander Azarya Pandu P D (151220071)

2) Raul Muflih Al Naufal Arifin (151220072)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun