Tokoh klasik yang tertarik untuk mencari jalan keluar atas permasalahan masyarakat industri adalah Karl Marx. Mengenai bagaimana agama bisa memiliki otoritas dan menjelma menjadi hukum negara, dijelaskan Saidi dalam bukunya "Menekuk Agama, Membangun Tahta" (2004).
Agama di era modern abad 20dipahami sebagai suatu hal dari kehidupan yang bersifat sebagai pelengkap, bukan lagi yang utama. Hal ini dikarenakan salah satunya adalah paham sekuler itu sendiri.Agama dipandang kurang ilmiah dan tidak revelan lagi jika masih diadopsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Kajian mengenai agama pun mengalami pergeseran cara pandang. Tentu saja akan ada pendapat yang mengkritik bahwa konflik-konflik keagamaan yang terjadi di dunia ini bukan murni hanya persoalan perbedaan aliran. Juga bukan hanya persoalan agama.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, peristiwa konflik dengan judul agama seperti Perang Salib, Pengeboman menara WTCdan serangan-serangan yang dilancarkan Israel, tidak sesederhana sebatas konflik agama.
Namun, mengapa kemudian yang manjadi judul utama atas peristiwa-peristiwa itu adalah konflik agama? Dari sini kita tahu, bahwa meskipun semua agama mengajarkan kebaikan dan perdamaian, agama juga bisa berubah menjadi jahat dengan sebab-sebab tertentu. Â Â Â Â Â
Berlanjut pada Bab III kita akan mendapatkan beberapa konsep Teori Klasik. Teologi Kristen dan filsafat Hegelian adalah dua hal yang ditolak oleh Marx dan menjadi sasaran kritiknya. Terkait dengan perannya dalam menciptakan alienasi, "keduanya telah merampas apa yang seharusnya dimiliki oleh manusia dengan memberikannya kepada sesuatu yang sebenarnya asing, yaitu Yang Absolut atau Tuhan" (Pals, 2011: 203).
Perlu diketahui, pemikiran Marx tentang agama banyak dipengaruhi oleh karya-karya Feuerbach. Sumbangan pemikiran Comte mengenai agama tidak terlalu banyak. Ia hanya mengantarkan kita terhadap awal-awal kemunculan positivismeyang dikaitkan dengan agama dalam sosiologi agama di masa sekitar abad pencerahan.
Pemikiran-pemikiran Durkheim terpengaruh dari antropologi dan filsafat. Hal ini terlihat dari caranya memberikan definisi terhadap agama. Bryan Turner dalam bukunya Teori Agama dan Teori Sosial Kontemporer (2012), mengatakan bahwa definisi agama yang ditawarkan Durkheim dan antropolog William Smith memiliki kemiripan.Â
Weber menganalisis agama dengan analogi ekonomi. Konsep utama yang diadopsi dalam sosiologi agama Weber adalah perpaduan antara agama dan Calvinisme yang keduanya dihubungkan oleh rasionalitas. McDonaldisasi merupakan amplifikasi dan perluasan dari teori rasionalisasi Weber, khususnya dalam ranah konsumsi. Bagi Weber, model rasionalisasi adalah birokratisasi; bagi saya, restoran cepat saji adalah paradigma McDonaldisasi.
Teori Berger yang terkenal ialah kontruksi sosial. Sebagaian besar teori ini dipengaruhi fenomenologi dan sosiologi pengetahuan. Tradisi fenomenologi mempengaruhi persepektif Berger dalam memandang masyarakat. Masyarakat bukan hanya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dan bagian dari struktur, namun di dalamnya terdapat individu-individu.
Pada Bab IV kita akan menerima Pembahasan Pendekatan Sosiologi Agama Strukturalis-positivis cenderung reduksionis dan enggan mencari esensi agama. Bagi mereka, agama cukup dinilai dari dua sisi rasionalitas, yakni sisi rasional dan sisi irasional. kehadiran atau ketidakhadiran keimanan Kristen sama sekali tidak memiliki konsekuensi sosial yang signifikan bagi kehidupan masyarakat modern.