Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Spanyol, Permainan Tiki Taka yang Sudah Usang dan Revolusi Permainan di Masa Depan

8 Desember 2022   08:53 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:39 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanyol gugur di babak 16 besar/AFP Photo

Babak 16 besar sudah berakhir dan sudah menentukan 8 tim yang akan melanjutkan perjuangan di babak perempat final.

Di laga 16 besar sebelumnya segalanya berjalan normal dan nyaris tanpa kejutan dimana tim tim unggulan berhasil melenggang ke babak 8 besar setelah mengalahkan lawan-lawannya.

Piala dunia tanpa kejutan rasanya kurang seru, sehingga di hari terakhir satu dari dua laga berhasil menghadirkan kejutan yakni tim kuda hitam Maroko pulangkan Spanyol melalui drama adu pinalti.

Spanyol sejatinya lebih diunggulkan, apalagi La furia Roja memiliki sejarah yang lebih baik dari Maroko.

Bahkan tim matador sudah pernah merasakan gelar juara dunia tahun 2010 lalu. Kendati generasi juara hanya menyisakan Sergio Busquet, namun tetap saja Spanyol lebih diunggulkan.

Apalagi Sergio Busquet cs pernah mencatat sejarah yang luar bisa ketika membawa Spanyol mengawinkan Gelar Euro dan Piala dunia. Hal yang sangat langka yany bahkan belum tentu bisa dilakukan oleh tim Eropa lainnya.

Namun setelah era itu berakhir Spanyol yang saat ini bisa dikatakan sedang menjalani masa transisi. Tim Matador di bawah asuhan Luis Enrique banyak di dominasi oleh darah muda

Luis Enrique/AP Photo
Luis Enrique/AP Photo
Sepertinya Enrique memang ingin membangun skuad Spanyol untuk jangka panjang. Maka tak heran di skuad Spanyol ada pemain yang berusia di bawah 20 tahun atau sering dikenal dengan istilah Wonderkid.

Sebut saja namanya yang mulai meroket seperti Pedri dan Pablo Gavi. Bahkan nama terakhir berhasil membuat Puteri Spanyol terpikat padanya.

Akan tetapi piala dunia tidak membahas tentang cinta, namun lebih kepada memberikan citra positif negara di mata dunia dengan bukti sebuah prestasi yang nyata.

Memenuhi skuad dengan darah mudah tidaklah salah apalagi dengan niat membangun skuad jangka panjang, akan tetapi strategi ini terlalu berisiko untuk turnamen sebesar piala dunia.

Piala dunia membutuhkan para pemain yang sudah memiliki pengalaman dan mental karna disini Spanyol akan berkompetisi dengan negara negara yang ada si setiap benua.

Walaupun di Euro 2020 Spanyol bisa melangkah sampai ke babak semifinal dengan skuad mudanya, namun itu belum bisa dijadikan patokan utama jika skuad yang ada sudah siap memberikan gelar juara apalagi untuk turnamen yang lebih besar dari piala Eropa.

Spanyol sendiri tampil cukup membosankan di babak 16 besar yang mana bola hanya berkutat dilapangan tengah saja. 

Penguasaan bola diatas 70% pun menjadi tidak berarti karna tidak ada satu gol pun yang tercipta sepanjang 90 menit waktu normal.

Lagi-lagi sang juru taktik memilih memarkir Alvaro Morata di bangku cadangan dan menggunakan formasi tanpa striker murni sehingga Spanyol pun tak memiliki predator berbahaya di depan gawang lawan. 

Pemain Atletico Madrid tersebut baru dimainkan setelah melewati waktu satu jam pertandingan.

Selain itu, pemain lini tengah pun sangat miskin kreasi sehingga sangat mudah dibaca oleh para pemain Maroko.

Spanyol sepertinya tidak belajar dari kekalahan saat menghadapi Jepang di laga terakhir penyisihan Grup E.

Jika ingin berbicara banyak dikancah dunia Spanyol harus meningkatkan kreativitas serangan bukan terus terusan memainkan permainan tiki taka yang sudah usang

10 tahun lalu tiki taka mungkin masih jadi senjata mematikan bahkan mampu mengalahkan Belanda di final yang mengadopsi gaya permainan total football. 

namun saat ini permainan yang agresif dan mematikan jauh lebih dibutuhkan dibandingkan permainan tiki taka yang monoton dan membosankan.

Seharusnya Luis Enrique bisa memaksimalkan bibit bibit muda spanyol untuk menyajikan permainan yang lebih atraktif karna stamina pemain yang masih sangat mendukung.

Sang juru taktik juga perlu mengubah mindsetnya untuk tidak hanya mengutamakan para pemain Barcelona saja, dan nampak jelas keputusan mengutamakan para pemain Barcelona menjadi blunder di piala dunia. 

Terlihat jelas permainan Spanyol menjadi tidak jauh beda dengan permainan Barcelona. Sedangakan kita tahu bahwa Barcelona dengan strategi yang seperti itu kalah bersaing di liga champions eropa

Revolusi strategi permainan sangat dibutuhkan jika ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dalam setiap turnamen besar. Siapkah untuk move on Enrique?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun