Memenuhi skuad dengan darah mudah tidaklah salah apalagi dengan niat membangun skuad jangka panjang, akan tetapi strategi ini terlalu berisiko untuk turnamen sebesar piala dunia.
Piala dunia membutuhkan para pemain yang sudah memiliki pengalaman dan mental karna disini Spanyol akan berkompetisi dengan negara negara yang ada si setiap benua.
Walaupun di Euro 2020 Spanyol bisa melangkah sampai ke babak semifinal dengan skuad mudanya, namun itu belum bisa dijadikan patokan utama jika skuad yang ada sudah siap memberikan gelar juara apalagi untuk turnamen yang lebih besar dari piala Eropa.
Spanyol sendiri tampil cukup membosankan di babak 16 besar yang mana bola hanya berkutat dilapangan tengah saja.Â
Penguasaan bola diatas 70% pun menjadi tidak berarti karna tidak ada satu gol pun yang tercipta sepanjang 90 menit waktu normal.
Lagi-lagi sang juru taktik memilih memarkir Alvaro Morata di bangku cadangan dan menggunakan formasi tanpa striker murni sehingga Spanyol pun tak memiliki predator berbahaya di depan gawang lawan.Â
Pemain Atletico Madrid tersebut baru dimainkan setelah melewati waktu satu jam pertandingan.
Selain itu, pemain lini tengah pun sangat miskin kreasi sehingga sangat mudah dibaca oleh para pemain Maroko.
Spanyol sepertinya tidak belajar dari kekalahan saat menghadapi Jepang di laga terakhir penyisihan Grup E.
Jika ingin berbicara banyak dikancah dunia Spanyol harus meningkatkan kreativitas serangan bukan terus terusan memainkan permainan tiki taka yang sudah usang