Kita bisa belajar dari Filipina. Di sana, merek lokal Jollibee mendominasi pasar. Jollibee bahkan mengalahkan McDonald's dan KFC. Dengan lebih dari 1.100 cabang di Filipina, Jollibee menunjukkan bahwa merek lokal bisa bersaing. Mereka tidak hanya menjual makanan, tetapi juga rasa bangga sebagai produk dalam negeri.
Mengapa hal ini sulit terjadi di Indonesia? Mungkin karena merek lokal kita belum cukup kuat untuk bersaing di tingkat premium. Beberapa merek lokal seperti Ayam Geprek Bensu atau Ayam Richeese memang mulai naik daun, tetapi belum sekuat Jollibee di Filipina. Apakah ini saatnya kita memberi lebih banyak dukungan untuk merek lokal?
Kembali ke KFC. Ada satu keputusan mereka yang banyak dikritik: sponsorship Formula 1. Mereka memasang logo di mobil balap. Biaya besar dikeluarkan, tetapi apa manfaatnya? Apakah ini benar-benar mendatangkan pelanggan baru? Atau hanya membakar uang?
Pada akhirnya, KFC harus berbenah. Mereka harus mencari cara untuk menekan biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas. Mereka juga harus lebih peka terhadap kebutuhan pasar lokal. Inovasi menu, harga yang lebih kompetitif, dan strategi pemasaran yang relevan bisa menjadi kunci.
Bagi kita, semua ini adalah pelajaran. Bahwa bahkan merek besar seperti KFC pun bisa jatuh jika tidak beradaptasi. Di tengah perubahan zaman, siapa yang cepat, dia yang bertahan.
New version of GPT available - Continue chatting to use the old version, or start a new chat for the latest version.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H