Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Roda Berputar KFC Makin Terjerembat Atau Punya Jurus Pamungkas

26 November 2024   21:43 Diperbarui: 26 November 2024   21:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KFC Indonesia sedang menghadapi tantangan besar. Gerainya banyak tutup, ribuan karyawan terkena PHK, dan kerugian perusahaan terus meningkat. Perdebatan muncul di berbagai media: apa penyebab semua ini? Apakah ini efek COVID-19? Apakah boikot terkait konflik Palestina-Israel? Atau ada masalah internal yang tak terlihat?

Mari kita mulai dari sejarah. KFC masuk Indonesia pada 1979, dibawa oleh pengusaha Dick Gelael. Gerai pertama mereka ada di Melawai, Jakarta. Hanya dalam beberapa tahun, franchise ini berkembang pesat. Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, mulai berinvestasi pada 1990. Tiga tahun kemudian, KFC Indonesia melantai di bursa saham. Publik pun bisa ikut memiliki sahamnya.

Namun, seperti roda yang terus berputar, performa bisnis KFC mulai mengalami guncangan. Dalam sembilan bulan pertama 2024, pendapatan mereka turun drastis: dari Rp 4,6 triliun di 2023 menjadi hanya Rp 3,5 triliun. Lebih parah lagi, kerugian mereka melonjak. Dari Rp 152 miliar pada 2023 menjadi Rp 558 miliar di 2024. Perusahaan ini sudah lama merugi, tetapi jumlahnya kini semakin besar.

Sebagian menyalahkan dampak pandemi. COVID-19 memang memukul banyak bisnis, termasuk restoran cepat saji. Selama pandemi, makan di tempat dilarang atau dibatasi. Pelanggan tak bisa datang ke restoran, dan omzet pun turun drastis. Tapi, apakah hanya itu penyebabnya?

Ada juga isu boikot terkait konflik Palestina-Israel. KFC disebut-sebut sebagai target boikot dari gerakan BDS (Boycott, Divestment, and Sanctions). Namun, jika kita cek daftar resmi BDS, KFC tidak ada di dalamnya. Yang masuk daftar justru Burger King, McDonald's, dan beberapa brand lain. Jadi, boikot ini tampaknya bukan faktor utama.

Satu hal yang lebih masuk akal adalah persaingan. Brand lokal seperti Sabana dan Hisana menawarkan ayam goreng dengan harga jauh lebih murah. Dengan Rp 10.000 saja, pelanggan bisa mendapatkan ayam goreng di gerai lokal ini. Bandingkan dengan harga KFC yang bisa mencapai Rp 50.000 per paket. Di tengah inflasi dan daya beli masyarakat yang menurun, konsumen mulai beralih ke opsi yang lebih murah.

Namun, bukan hanya brand lokal yang menjadi ancaman. McDonald's, dengan ayam goreng pedasnya, semakin digemari. Persaingan ini membuat KFC tertekan, apalagi mereka harus terus memberikan diskon untuk menarik pelanggan. Diskon Senin, diskon Kamis, diskon setiap hari. Tapi, apakah itu cukup?

Ada hal lain yang menarik. Indomaret, salah satu pemegang saham utama KFC, mulai menjual fried chicken di gerai-gerai mereka. Harganya lebih murah dari KFC. Pelanggan pun mulai bertanya-tanya: apakah lebih baik beli ayam di KFC, atau cukup di Indomaret? Ini seperti Indomaret menggigit tangan yang memberinya makan. Kompetisi yang tak biasa.

Tak hanya itu, biaya operasional KFC juga menjadi sorotan. Biaya produksi mereka (COGS) mencapai hampir 50% dari pendapatan. Padahal, harga ayam di pasar global cenderung turun. Tetapi KFC tetap membayar mahal untuk bahan bakunya. Mengapa?

Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan pada perusahaan besar seperti Charoen Pokphand, yang mendominasi pasar pakan ternak di Asia Tenggara. Banyak peternak ayam di Indonesia yang terpaksa bermitra dengan mereka. Harga pakan tetap tinggi, meskipun harga ayam turun. Akibatnya, biaya produksi KFC juga tidak ikut turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun