Mohon tunggu...
ErmaQiz
ErmaQiz Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Bebas

Cerpen, Puisi dan Quote

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Labbaik Allahumma Labbaik...

30 Juli 2020   09:07 Diperbarui: 30 Juli 2020   12:28 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya betul," Farhan menyetujui usul istinya.

Jadilah mereka berangkat ke sebuah perumahan yang hari itu sedang melakukan acara open house. Beberapa brosur dilihat-lihat oleh pasangan itu, hingga sampai pada satu lokasi dan bentuk rumah yang disetujuinya. Lalu marketing perumahan itupun mengantar pasangan itu untuk menuju lokasil. Dengan menggunakan mobil si mbak marketing, pasangan itu pun melihat suasana perumahan yang hendak dibelinya. Si Mbak marketing pun menjelaskan tentang fasilitas yang ditawarkan perumahan itu, termasuk fasilitas pengembangan perumahan kedepan. 

Hati kedua pasangan itu cukup puas dan sangat yakin untuk membeli rumah itu, selain suasana yang nyaman juga sudah sesuai dengan keinginan mereka berdua. Akhirnya berdasarkan kesepakatan pasangan itu membayar uang muka sebagai aturan yang ditentukan untuk type dan harga rumah itu, dibayarlah uang muka sebesar 10 juta rupiah. Tunai. Pasangan suami istri itupun akhirnya pulang dengan senang dan merasa lega telah menemukan rumah idaman mereka.

Keesokan harinya Farhan tiba-tiba merasa penasaran dan ingin melihat rumah yang hendak dibelinya itu. Dia dan istrinya pun kembali pergi menuju ke lokasi rumah yang ditunjukkan si mbak bagian marketing kemarin itu.

Farhan dan istinya berputar mengelilingi perumahan itu untuk mencari alamat sesuai dengan yang tertera pada tanda bukti pembayaran uang muka yang diberikan bagian marketing kemarin. Hingga sampailah pada tanah kosong, lokasi rumah yang akan mereka beli, Farhan melihat rumah sebelahnya sebagai rumah contoh, ada perasaan kurang puas, perasaan mereka tidak seperti kemarin. Pasangan itu mencoba berkeliling di lokasi rumah itu untuk memantapkan hatinya.

Tiba-tiba seorang lelaki dengan mengendarai motor menyapanya, dengan logat khas yang biasa digunakan orang daerah situ.

"Bapak mah sedang mencari rumah?" sapa lelaki itu ramah.

"Iya pak," jawab Farhan.

"Saya teh ada rumah pak yang hendak dijual, yang punya sedang butuh uang untuk pengobatan istrinya,' begitu penjelasan lelaki setengah baya itu yang akhirnya diketahui namanya Pak Iwan.

Pak Iwan pun mengantar pasangan itu menuju lokasi rumah yang dimaksud. Ternyata harga rumah itu lebih murah dan lebih luas daripada rumah yang hendak mereka beli sebelumnya. Dan satu informasi penting yang di infokan Pak Iwan adalah tentang pemasalahan developer diperumahan itu.

"Kalau mau saya pertemukan bapak dan ibu dengan mantan marketing perumahan ini, kebetulan dia sahabat saya," begitu penjelasan Pak Iwan. Kedua pasangan itupun mengikuti saran lelaki itu untuk menemui teman yang dimaksud. Disana teman Pak Iwan menjelaskan tentang berbagai kasus yang sempat menimpa beberapa pembeli sebelumnya karena belum adanya bentuk fisik rumah di daerah itu. Hingga keputusan akhirnya disarankan agar pembelian sebaiknya membeli rumah yang sudah ada bentuk fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun