Mohon tunggu...
Ratri Cahya Wulandari
Ratri Cahya Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ratri Cahya Wulandari. Sesederhana kilau lembut yang memecah malam, menjadi makna dari nama itu. Perempuan Jawa yang suka menulis sejak SMP. Terkadang suka bersosialisasi tapi juga suka menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencegah Radikalisasi Anak Usia Dini di Era Digital: Tanggung Jawab Orang Tua

28 November 2024   19:41 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:06 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Nadezhda1906, diunduh melalui istockphoto.com 

 3. Pemberdayaan Sekolah dan Masyarakat

Sekolah dan masyarakat juga berperan penting dalam mencegah radikalisasi. Program pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan perdamaian dapat membantu anak-anak memahami pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan. Guru atau orang tua bisa membacakan bercerita atau dongeng yang menggambarkan keberagaman budaya, agama, dan etnis. Misalnya, cerita tentang dua teman dari latar belakang yang berbeda yang belajar untuk saling menghargai dan bekerja sama meskipun memiliki perbedaan.

 4. Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua

Orang tua harus lebih terlibat dalam kehidupan digital anak-anak mereka, memastikan bahwa anak-anak mereka tidak hanya diberi gadget sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk belajar dan berkembang. Contohnya Andra dapat dikenalkan dengan pentingnya waktu seimbang antara kegiatan di layar dan kegiatan fisik. Misalnya, setelah Andra selesai menonton video atau bermain game selama 20 menit, ajak mereka untuk beristirahat sejenak dan melakukan aktivitas fisik, seperti bermain di luar atau melakukan seni dan kerajinan tangan.

Era digital memberikan akses tanpa batas kepada anak-anak terhadap berbagai jenis informasi, termasuk yang tidak sesuai dengan usia mereka. Banyak video, gambar, atau pesan yang mengandung ideologi radikal disebarkan secara bebas tanpa pengawasan yang memadai. Kelompok-kelompok ekstrem sering menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda mereka, memanfaatkan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak, serta menawarkan gambaran dunia yang terbagi dalam "kita" dan "mereka", yaitu pemisahan antara kelompok yang dianggap baik dan yang dianggap musuh. Mereka menggunakan video yang menarik, meme yang lucu, atau permainan yang interaktif untuk menarik perhatian anak-anak, yang mungkin belum cukup matang untuk memahami bahaya dari pesan-pesan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Borum, R. (2011). Radicalization into Violent Extremism I: A Review of Social Science Theories. Journal of Strategic Security, 4(4), 7-36.

Lai, R. (2019). The Role of Parents in Preventing Radicalization of Children. Journal of Child Development, 14(2), 45-58.

Tengku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur (Jakarta: Cakrawala Publishing, 1993 ), hlm. 446.

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari'ah, Manhaj) (Jakarta: Gema Insani, 2016), 428.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun