Mohon tunggu...
Ratri Cahya Wulandari
Ratri Cahya Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ratri Cahya Wulandari. Sesederhana kilau lembut yang memecah malam, menjadi makna dari nama itu. Perempuan Jawa yang suka menulis sejak SMP. Terkadang suka bersosialisasi tapi juga suka menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencegah Radikalisasi Anak Usia Dini di Era Digital: Tanggung Jawab Orangtua

28 November 2024   19:41 Diperbarui: 28 November 2024   19:51 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Nadezhda1906, diunduh melalui istockphoto.com 

Faktor Penyebab Radikalisasi Anak Usia Dini di Era Digital

 1. Kurangnya Pengawasan dari Orang Tua

Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam pengawasan penggunaan gadget oleh anak-anak. Namun, banyak orang tua yang kurang menyadari atau mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari paparan konten di dunia maya. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam memonitor konten yang diakses anak-anak mereka memungkinkan radikalisasi terjadi secara diam-diam. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang lebih terlibat dalam penggunaan teknologi oleh anak-anak mereka dapat mengurangi risiko radikalisasi (Lai, 2019).

 2. Penyebaran Konten yang Tidak Dipilah dengan Baik

Banyak platform digital yang tidak memiliki sistem penyaringan yang efektif untuk memastikan konten yang ditampilkan tidak berbahaya bagi anak-anak. Konten yang disebarkan oleh kelompok radikal sering kali tidak langsung terlihat sebagai ancaman, tetapi lambat laun dapat membentuk pandangan dunia yang ekstrem pada anak-anak. Hal ini sangat berbahaya karena anak-anak cenderung belum mampu memilah dan memilih informasi secara kritis.

 3. Pencarian Identitas dan Keterikatan Sosial

Anak-anak pada usia dini sedang berada pada tahap pencarian identitas dan rasa diterima. Dalam beberapa kasus, ideologi radikal dapat menawarkan rasa identitas yang kuat dan komunitas yang mendukung. Anak-anak yang merasa tidak memiliki dukungan sosial yang cukup dari keluarga atau teman-teman mereka dapat tergoda untuk bergabung dengan kelompok yang menawarkan rasa kebersamaan dan tujuan yang jelas. Kelompok ekstrem sering kali menargetkan individu yang merasa tidak puas untuk menarik mereka ke dalam lingkaran mereka.

Teori Identitas Sosial dari Henri Tajfel dan John Turner (1986) mengemukakan bahwa individu membentuk identitas mereka melalui kelompok sosial yang mereka anggap relevan. Anak-anak yang tidak merasa memiliki identitas yang kuat dalam masyarakat dapat mencari kelompok yang menawarkan solidaritas dan pandangan dunia yang jelas. Kelompok ekstrem sering memanfaatkan hal ini untuk menarik anak-anak yang merasa terpinggirkan.

 4. Ketidaksiapan Mental Anak untuk Menyaring Konten

Anak-anak belum memiliki kemampuan kognitif yang cukup untuk mengevaluasi dan menyaring konten yang mereka temui di dunia maya. Mereka lebih mudah dipengaruhi oleh konten yang mereka temui, bahkan jika konten tersebut berisi informasi yang salah atau berbahaya. Mereka belum memiliki keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan untuk membedakan mana informasi yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.

Dampak Radikalisasi pada Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun