1. Peningkatan Intoleransi
Anak-anak yang terpapar pada konten ekstrem cenderung mengembangkan sikap intoleransi terhadap perbedaan, baik dalam hal agama, etnis, atau pandangan politik. Mereka bisa menjadi lebih mudah terprovokasi dan lebih sulit untuk menerima pandangan orang lain yang berbeda dengan mereka.
 2. Kehilangan Kemampuan untuk Berempati
Proses radikalisasi sering kali mengarah pada dehumanisasi, di mana kelompok-kelompok yang dianggap sebagai "musuh" dipandang tidak manusiawi atau tidak layak dihargai. Hal ini dapat merusak kemampuan anak untuk mengembangkan empati terhadap orang lain.
 3. Keterasingan Sosial
Anak yang terlibat dalam kelompok radikal sering kali merasa terasing dari lingkungan sosial mereka. Mereka mungkin menjauh dari teman-teman dan keluarga, dan berisiko terlibat dalam tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mencegahan Radikalisasi pada Anak Usia Dini di Era Digital
 1. Pengawasan dan Pembatasan Penggunaan Gadget
Orang tua harus aktif dalam mengawasi penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Termasuk mengatur waktu penggunaan, serta memantau jenis konten yang diakses. Contohnya ajak Andra untuk melihat berbagai gambar atau video dan kemudian diskusikan bersama apakah konten tersebut mengandung hal yang positif atau negatif. Misalnya, apakah video tersebut mengajarkan nilai yang baik atau justru mengajak anak-anak melakukan hal yang tidak baik.
 2. Pendidikan Literasi Digital
Anak-anak harus diberikan pendidikan literasi digital sejak dini, yang meliputi kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi informasi yang mereka terima. Mereka harus diajarkan bagaimana cara mengenali informasi yang salah dan bagaimana melindungi diri mereka di dunia maya. Contohnya gunakan cerita tentang karakter kartun yang melupakan untuk keluar dari aplikasi dan kemudian ada orang lain yang mengakses informasi pribadinya. Setelah itu, ajak mereka untuk berdiskusi tentang apa yang bisa dilakukan untuk melindungi akun atau data pribadi mereka.