Oleh karena itu, siswa mengaku bahwa orang tua mereka lebih nyaman pembelajaran secara offline kembali diterapkan karena saat pembelajaran secara online orang tua siswa tidak bisa mengajari anaknya. Memahami dan merasakan perasaan orang lain sangat erat kaitannya dengan psikologis siswa.Â
Hal tersebut dapat dilihat ketika siswa memberikan bantuan kepada temannya, saling bertanya, dan membantu teman yang masih kesulitan dalam memahami materi saat pembelajaran secara offline.
Dari hasil wawancara penelitian baik kepada siswa maupun guru keadaan siswa saat pembelajaran offline kembali diterapkan dapat dijabarkan bahwa pada saat mengerjakan soal ataupun pembelajaran matematika keadaan kelas ramai, tidak kondusif, seperti adanya obrolan dari siswa jika tidak ada guru yang mengawasi. Hal ini terjadi disebabkan adanya perubahan dari pandemi ke endemi. Siswa di kelas dapat memperhatikan pembelajaran dengan cukup baik, walaupun terkadang mengalami gangguan seperti beberapa siswa yang menjadi penyebab keramaian.Â
Semua nilai mengalami peningkatan, baik secara sedang, bertahap, maupun yang signifikan jauh meningkat dan siswa lebih menyukai pembelajaran secara offline, hal ini disebabkan pada saat online materi yang diajarkan tidak sepenuhnya masuk dan mudah untuk dipahami oleh siswa. Namun, faktor ekonomi lagi-lagi mempengaruhi nilai siswa tersebut, di mana siswa dengan ekonomi keluarga menengah ke atas, memiliki nilai yang lebih baik daripada siswa dengan ekonomi keluarga menengah ke bawah.Â
Sejalan dengan keadaan siswa pada narasumber sebelumnya, siswa cenderung pasif dan kurang adanya interaksi satu sama lain disebabkan karena siswa sudah terbiasa sendiri di rumah. Pada nilai, faktor keluarga tidak 100% melatarbelakangi adanya perubahan nilai siswa, terdapat hal yang lebih mendalam.Â
Keadaan siswa saat masa transisi ini diketahui lebih cenderung suka bekerja secara kelompok, sebab mudah berinteraksi secara langsung dengan teman, sehingga membuat pembelajaran lebih asik, seru, menyenangkan, dapat bertukar pikiran, berbagi secara langsung, dan berdiskusi walaupun ada sedikit kendala, seperti terdapat anggota kelompok yang kurang berkontribusi dan lain sebagainya.Â
Selain itu, terdapat keantusiasan siswa secara positif dalam memberikan bantuan untuk memahami masalah, saling berbagi materi, membantu mengarahkan, dan memberikan informasi. Beberapa siswa lebih nyaman ketika belajar dengan teman sebayanya daripada dengan guru.
Untuk menyikapi masalah psikologis siswa saat masa transisi, diperlukan suatu ide konseptual yang kreatif dan inovatif guna membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, khususnya matematika. Selain itu, ditinjau dari aspek psikologis kebanyakan siswa lebih menyukai pembelajaran yang berbasis diskusi, sehingga salah satu ide konseptual yang dapat diterapkan adalah mengadakan tutor sebaya.Â
Dengan adanya tutor sebaya dapat meningkatkan psikologis siswa, seperti siswa senang dalam berdiskusi, mudah bertukar pikiran, dan tentunya menambah wawasan atau pengetahuan antara satu sama lain. Dampak lain mengadakan tutor sebaya adalah siswa menjadi semangat dalam belajar dan termotivasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut penelitian yang telah dilakukan dijelaskan bahwa dalam tutor sebaya, kesenjangan akademik antara peserta harus diminimalkan. Tujuan memasangkan siswa dengan rekan-rekan yang berprestasi serupa menjamin kemudahan dan kenyamanan mereka (De Backer, Van Keer, & Valcke, 2015).
Selain melakukan tutor sebaya, siswa juga dapat berkonsultasi terkait dengan psikologis masa transisi pada guru Bimbingan Konseling (BK). Perlu diketahui bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya melayani siswa yang mempunyai masalah kenakalan saja, namun dapat juga melayani konsultasi terkait dengan prestasi maupun keadaan akademik siswa. Jika banyak yang berkonsultasi terkait dengan hal tersebut, maka terdapat kemungkinan hasil belajar siswa pada sekolah tersebut akan mengalami peningkatan.
Dari beberapa penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan psikologis siswa di masa transisi pandemi ke endemi tetap tenang di bawah tekanan, dapat berkonsentrasi ketika pembelajaran offline, siswa lebih suka berinteraksi dengan teman secara offline, dan lain sebagainya.Â