Mohon tunggu...
Ratna Dee
Ratna Dee Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jejak Cahaya Di Langit Senja (BAB 8)

15 September 2024   17:59 Diperbarui: 15 September 2024   18:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Design Pribadi By Canva

Bab 8: Kemenangan dan Kehilangan

Setelah pertarungan sengit melawan penyihir jahat, Arif, Siti, dan Pak Rahman berhasil mengalahkan kekuatan gelap yang mengancam cahaya. Namun, kemenangan ini tidak datang tanpa pengorbanan. Arif terluka parah dalam pertarungan, dan mereka harus menghadapi kenyataan pahit dari kehilangan yang mereka alami.

Kembali ke Kuil Cahaya

Dengan hati yang berat, mereka kembali ke Kuil Cahaya. Pak Rahman dan Siti membantu Arif yang terluka untuk berjalan, sementara mereka merenungkan perjalanan panjang yang telah mereka lalui. Di Kuil Cahaya, mereka disambut dengan hangat oleh para penjaga kuil yang telah mendengar tentang keberhasilan mereka.

“Arif, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa,” kata salah satu penjaga kuil sambil membantu mereka masuk. “Kami akan merawatmu dengan sebaik-baiknya.”

Penyembuhan dan Refleksi

Di Kuil Cahaya, Arif menerima perawatan dari para tabib yang menggunakan ramuan-ramuan kuno untuk menyembuhkan lukanya. Sementara itu, Siti dan Pak Rahman merenungkan dampak dari pertarungan terakhir. Mereka merasa lega karena berhasil mengalahkan kekuatan gelap, tetapi juga merasakan kehilangan yang mendalam atas pengorbanan yang telah dilakukan.

Siti sering duduk di samping tempat tidur Arif, memegang tangannya dengan erat. Air mata sering mengalir di pipinya saat ia merenungkan keberanian Arif. “Arif, kau telah mengorbankan dirimu demi kita semua,” katanya sambil meneteskan air mata. “Aku tidak tahu bagaimana kita bisa membalasmu.”

Arif tersenyum lemah. “Kita semua telah berjuang bersama. Ini adalah kemenangan kita bersama.”

Pak Rahman, yang selama ini menjadi pembimbing mereka, merasa bangga atas pencapaian mereka. Namun, ia juga merasa bertanggung jawab atas pengorbanan yang telah dilakukan. “Kita telah mencapai tujuan kita, tetapi kita juga harus menghargai pengorbanan yang telah dilakukan,” katanya dengan suara penuh kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun