Bab 8: Kemenangan dan Kehilangan
Setelah pertarungan sengit melawan penyihir jahat, Arif, Siti, dan Pak Rahman berhasil mengalahkan kekuatan gelap yang mengancam cahaya. Namun, kemenangan ini tidak datang tanpa pengorbanan. Arif terluka parah dalam pertarungan, dan mereka harus menghadapi kenyataan pahit dari kehilangan yang mereka alami.
Kembali ke Kuil Cahaya
Dengan hati yang berat, mereka kembali ke Kuil Cahaya. Pak Rahman dan Siti membantu Arif yang terluka untuk berjalan, sementara mereka merenungkan perjalanan panjang yang telah mereka lalui. Di Kuil Cahaya, mereka disambut dengan hangat oleh para penjaga kuil yang telah mendengar tentang keberhasilan mereka.
“Arif, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa,” kata salah satu penjaga kuil sambil membantu mereka masuk. “Kami akan merawatmu dengan sebaik-baiknya.”
Penyembuhan dan Refleksi
Di Kuil Cahaya, Arif menerima perawatan dari para tabib yang menggunakan ramuan-ramuan kuno untuk menyembuhkan lukanya. Sementara itu, Siti dan Pak Rahman merenungkan dampak dari pertarungan terakhir. Mereka merasa lega karena berhasil mengalahkan kekuatan gelap, tetapi juga merasakan kehilangan yang mendalam atas pengorbanan yang telah dilakukan.
Siti sering duduk di samping tempat tidur Arif, memegang tangannya dengan erat. Air mata sering mengalir di pipinya saat ia merenungkan keberanian Arif. “Arif, kau telah mengorbankan dirimu demi kita semua,” katanya sambil meneteskan air mata. “Aku tidak tahu bagaimana kita bisa membalasmu.”
Arif tersenyum lemah. “Kita semua telah berjuang bersama. Ini adalah kemenangan kita bersama.”
Pak Rahman, yang selama ini menjadi pembimbing mereka, merasa bangga atas pencapaian mereka. Namun, ia juga merasa bertanggung jawab atas pengorbanan yang telah dilakukan. “Kita telah mencapai tujuan kita, tetapi kita juga harus menghargai pengorbanan yang telah dilakukan,” katanya dengan suara penuh kebijaksanaan.