Isak tangis Ainun mengguncangkan hati Rahma. Dia hanya bisa menangis dan berusaha menguatkan putrinya. Ya, sepuluh hari yang lalu, Ainun mengalami kecelakaan mobil bersama kekasihnya Rangga. Namun Rangga tidak bisa diselamatkan karena cedera parah di kepalanya. Beruntung Ainun bisa selamat, walaupun pada saat itu Ainun dalam keadaan terhimpit badan mobil dan terluka parah.Â
Masih melekat dalam ingatan akan kepergian ayahnya menuju pangkuan Sang Pencipta. kini, Ainun harus menghadapi sebuah kenyataan lain dalam hidupnya. Begitupun Rahma, dia harus hidup dalam kesepian dan kesendirian, setelah suaminya meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya sudah lama. Dia mulai merindukan sosok suami yang penyayang dan penuh perhatian itu. Kondisi putrinya saat ini sangat membutuhkan dukungan dan kasih sayang ayahnya.
Setelah diberi obat penenang, Ainunpun tertidur.Dalam kesendirian, Rahma kembali memikirkan jawaban apa yang akan diberikan untuk putrinya ketika siuman nanti. Kejadian ini akan menjadi guncangan yang hebat bagi Ainun. Karena dia sudah kehilangan segalanya. Karirnya, kekasihnya dan juga cita-citanya. Ibunya sudah banyak memikirkan apa yang akan dihadapi Ainun kedepannya. Apa yang bisa dilakukan putrinya tanpa kedua kakinya. Ainun sangat bangga dengan kakinya. Dengan kakinya dia bisa menari balet, dengan kakinya dia meraih puncak kesuksesan, dengan kakinya dia....
"Akh.....Hiiik...Hiiik....", tangisnya tak terbendung memikirkan hal-hal yang dia katakan dalam benaknya. Dipandangi Ainun yang cantik, dan dia berusaha membangunkan alam bawah sadarnya dengan mengatakan hal-hal yang baik.
Tangannya yang lembut dipegangi ibunya, membayangkan anak yang sangat menjaga tubuhnya ini sedang tergeletak dan tidak berdaya. Anak yang tidak pernah mengalami kesulitan dalam hidupnya karena hidup dalam kenyamanan dan sendok emas di tangannya. Kini dia harus berjuang.Â
Mengganti Cita-Cita
Hari berganti-Hari Ainun sudah mulai bisa menerima takdirnya dengan hidup tanpa kedua kaki. Ada ibu disampingnya yang akan selalu mendukungnya.Â
"Namun bagaimana dengan impianku?" Tanyanya di dalam hati.
Di atas kursi roda sambil menatap tanaman hijau di belakang rumah sakit yang banyak sekali pohon-pohon dan bunga yang cantik. Ainun kembali mengingat saat-saat terindahnya bersama Rangga. Setelah tahu akan kematian Rangga dalam kecelakaan itu, Ainun sempat hilang semangat hidup dan tidak bisa menerima kepergian Rangga. Karena baginya, Rangga adalah sosok pengganti ayahnya yang penyayang dan perhatian.Â
Namun Ainun bukan tipe wanita yang manja sekalipun sendok emas di tangannya. Dia adalah sosok wanita yang tangguh dan mandiri. Ainun mulai merencanakan bagaimana hidupnya nanti, bagaimana impian dan cita-citanya dan tidak mungkin jika dia harus bergantung pada ibunya.
Ketika melihat lambaian tangan dan senyum ibunya dari kejauhan, Ainun memotret ibunya dengan jari telunjuk dan jempol kedua tangannya membentuk kotak. Lalu dia baru ingat, ayahnya adalah mantan fotografer terkemuka. Dan kameranya masih tersimpan di dalam lemarinya sebagai kenang-kenangan.Â