Teguh, tangguh, tegar...
Berdiri tegap tanpa gemetar
Mencoba tangguh meski bercucuran peluh
Selalu tegar meski hati tebakar
Selalu tanggap dan cekatan, itulah Bapa
Walau panas terik sang surya menusuk kulit coklatnya
Meski keringat tiada henti bercucuran di dahinya
Semangatnya selalu menyala
Tak pernah padam termakan usia
Bak kobaran bara yang kian menjadi setelah tersulut solar
Sebesar itu pula keinginannya tuk melihatku bersinar
Doa selalu ia panjatkan setiap tengah malam hingga terbit fajar
Sementara di sini tempat ku ditempa
Selalu ku ingat jerih payahnya
 Akan ku warisi keuletan dan semangatnya
Hanya satu tekatku, yaitu
Tuk dapat membayar seluruh jerih payahnya
Membuat seorang Bapak berdecak kagum atas anaknya
Adalah mimpi yang selalu ku aminkan
Namun, tak dapat ku ingkari bahwa terkadang akupun lelah
Hanya dapat pasrah dan berserah
Dikala ku terjatuh, ada saatnya kaki ini tak mampu tuk berdiri
Ada kalanya cucuran air mata dan keringat menjadi saksi bisu
Sebuah tanda keputusasaan dan ragu-ragu
Sebuah kata pahit yang tak kan sanggup kuungkapkan
Semua itu wajar
Merasa lemah, lelah, dan ingin menyerah
Jika kau pun merasakannya...
Tahanlah,
Kau tak sendiri
Tuhan akan selalu bersamamu
Meskipun kasih yang Ia hadirkan mendatangkan perih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H