Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ruang Publik dan Ruang Seolah-olah Publik: Tantangan Pengetahuan

30 September 2015   11:43 Diperbarui: 1 Oktober 2015   14:45 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi, tentu tidak semua kota memiliki ruang publik seterbuka Alun-alun Selatan, Utara dan kawasan Graha Sabha Pramana UGM.

Dan banyak ruang publik di kota-kota besar yang di desain agar seperti ruang publik,  tapi sebenarnya bukan ruang publik. Di Surabaya, dan Jakarta, banyak orang merelakan uangnya hanya untuk membeli hak menikmati tempat-tempat yang dinamakan “theme park, open garden, restoran menghadap pantai, rooftop garden”, dan sebagainya. Mudah kita temukan ruang terbuka yang bisa menampung ribuan orang, namun dikelilingi oleh pagar dan pos satpam berpengamanan dua puluh empat jam. Ataupun jika tidak, pengunjung harus membeli makanan dan minuman seharga tertentu hanya untuk menikmati pemandangan gunung tertentu yang sejatinya berada jauh di luar kawasan si pemilik.

Orang Indonesia cenderung senang dengan keramaian-keramaian modern, bersih, dekat dengan teknologi dan memberi kebebasan untuk berinteraksi secara privat meskipun di ruang publik. Kecenderungan ini juga yang membuat kita sulit mendefinisikan pengalaman menikmati ruang terbuka, apakah kita berada di ruang terbuka publik atau di ruang milik privat. Orang Indonesia kerap merasa tidak perlu mempermasalahkan apakah ruang ini dan ruang itu privat atau publik. Selama bebas berekspresi dan berbiaya murah, pasti menyenangkan.

Di Yogya semua orang kenal Plaza Ambarukmo. Tempat ini menyenangkan, dengan ruang belanja yang luas dan sistem kelola parkir yang memadai. Tapi yang paling menarik dari Amplaz adalah taman kecilnya di depan, persis di dekat pedestrian jalan. Di jam-jam belanja banyak orang bersantai di bangku-bangku taman sembari menikmati donat di bawah lampu-lampunya. Setelah mal tutup, taman ini masih favorit bagi orang-orang muda, bercengkerama, dan menghabiskan waktu.

Para pekerja mal, biasa menggunakan taman ini sebagai tempat istirahat sejenak menunggu jemputan, sambil menikmati wedang ronde.  Orang-orang bebas singgah untuk sekadar mengobrol dan bisa memarkir kendaraannya di jasa parkir yang juga melayani pengunjung mal. Bentuk interaksi seperti ini walaupun menggunakan ruang privat, ternyata sangat bernuansa publik. Masyarakat boleh memandang taman Amplaz sebagai ruang publik dari segi kebebasan yang mereka peroleh, meskipun pada kenyataannya Amplaz tetaplah ruang privat.

Lantas, Bagaimana membedakan ruang publik dan ruang seolah-olah publik?

Sebetulnya pembahasan ruang publik sudah banyak dikaji, Lawson (2011:11 dalam Nuraeni, 2008) berpendapat bahwa ruang publik tidak memiliki unsur-unsur privat, karena yang diutamakan adalah fungsi-fungsi publik dan interaksi, ini yang membedakannya dengan ruang privat yang tidak memiliki interaksi. Mendesain ruang publik tidaklah mudah dan bisa sia-sia saja jika tidak bisa menarik orang ke sana. Ada 6 dari 11 elemen yang menandakan bagaimana ruang dapat berfungsi sebagai ruang publik (Project Public Spaces).

1. The community is expert

Bagian penting dari ruang publik adalah ketika banyak komunitas yang mengeksplor kemampuan dan keahlian mereka di tempat ini. Biasanya komunitas lahir dari ide dan misi sekelompok orang yang mengusung kreativitas baik dalam bidang seni, dan lingkungan. Dari pengalaman komunitas, kita bisa mendapat gambaran dan padangan baru tentang keadaan disekeliling yang seringkali diabaikan.

2. Create place, not design

Ruang publik tidak hanya soal desain yang bagus dan futuristik tapi bagaimana orang merasa nyaman berada di dalamnya. Desain pedestrian sebaiknya tidak kaku agar terjalin interaksi dengan orang-orang di sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun