Rahmat Supana 041
Negeri Fabelindo dihebohkan dengan seekor Kodok sakti. Saking saktinya, sang Kodok mampu membuat orang lumpuh, langsung menjadi sembuh. Kesaktian sang Kodok, tidak hanya mengobati orang sakit, tetapi juga konon bisa menghidupkan orang orang yang sudah mati. Sang Kodok mendapatkan sebuah tongkat Nabi Musa, ketika bertapa di negeri Kumahasiawae. Ketika, itu konon, sang Kodok diusir dari kampungnya, karena dia kodok buduk. Penyakitnya dikuatirkan bisa menyebar kemana mana atau epidemi.
Saat itu sang Kodok sangat terpukul. Bagaimana tidak? Dia yang sudah memiliki dua orang kecebong, dari seorang isteri yang cantik dan bahenol, harus meninggalkan keluarganya, hanya karena budukan. Di suatu danau, dia kemudian bercermin.
“Hah,…,” sang Kodok kaget sendiri. Dia melihat dirinya sangat menakutkan. Pantes dia selalu dicemooh sebagai Kodok buduk. Mengingat perlakuan rakyat di negeri Fabelindo, dia pun menangis. Sang Kodok berjanji akan membalas semua sakit hatinya.
“Tak akan kubiarkan mereka menyakitiku. Mereka sudah membully aku. Rasakan nanti akibatnya,” Sang Kodok bicara pada hati kecilnya.
Ia pun melanjutkan perjalanannya, menuju negeri Paman Han. Paman Han adalah seekor burung hantu yang sakti. Kesaktiannya sudah sangat terkenal. Semua orang takut pada Paman Han. Berani melawan, nyawa taruhannya. Tidak ada yang berani melawan paman Han. Ketika paman menginginkan sesuatu, dia tinggal terbang ke wilayah itu, dan berteriak teriak gayanya burung hantu sakti. Kepak sayapnya seperti pesawat siluman stealth, milik Amerika Serikat. Pukulan sayapnya, sangat kuat dan mematikan.
Kalau paman Han mau emas, perak, minyak, sangat mudah. Di negerinya, harga emas, perak dan minyak lumayan murah. Karena paman Han hanya tinggal mengambil dari negeri Fabelindo, membawanya lalu menjualnya dengan murah di sana. Makanya, negeri paman Han sangatlah makmur. Bigitulah jika pimpinan suatu negeri preman sakti mandraguna, ditakuti semua negeri hewan. Negeri macanthai saja takut. Padahal, raja negeri ini cukup sakti juga. Dijuluki sebagai Macan Sakti.
Singkat cerita, sampailah Sang Kodok di negeri Paman Han. Setelah menunggu lama di lobby Istana, Sang Kodok dipersilakan masuk.
“Ada apa dok buduk?”
“Aku dicemooh di negeriku. Aku ingin membalas sakit hatiku. Sakitnya tuh disini baginda, yang mulia paman Han.”