Mohon tunggu...
Muhammad Rasyad Firdaus
Muhammad Rasyad Firdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penuntut Ilmu

Senang membaca, menulis, kuliner, dan travelling. Lulusan Madrasah Aliyah Al-Ma'tuq tahun 2024. Kelahiran Madiun 26 Juni 2006. Saat ini sedang berjuang untuk mengharap ridha Allah dan kedua orang tua, juga meraih masa depan dunia dan akhirat yang bahagia dan tenang atas izin Allah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diari Ketua Asrama Santri Baru Kelas 1 MTs

14 Oktober 2024   18:59 Diperbarui: 15 Oktober 2024   11:16 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Asrama yang kuhuni sewaktu kelas 3 MA

Kali ini, aku juga mau sharing seputar pengalaman pribadi di pesantren. Di blog sebelumnya tentang mempelajari public speaking. Kali ini seputar pengalaman pribadi ketika Allah beri amanah untuk membimbing santri-santri yang baru masuk pesantren di asrama. Tepatnya ketika aku duduk di bangku kelas 3 MA, masa akhir mengenyam pendidikan resmi di pesantrenku.

Di judul blog kali ini aku bagi menjadi beberapa sub judul. Aku sharing mulai dari detik-detik terpilih menjadi ketua kamar santri kelas 1 MTs, sampai ketika sudah berpisah dengan anggota kamar.

Aku bukan ketua asrama santri baru terbaik. Teman-temanku yang mendapatkan amanah sama seperti aku banyak yang lebih baik. Akan tetapi tidak mengapa aku tuangkan pengalamnku menjalankan amanah tersebut ke dalam bentuk tulisan.

1. Perpindahan Asrama di Akhir Kelas 2 MA

Akhir masa aku duduk di kelas 2 MA, Penilaian Akhir Tahun yang menentukan kenaikan kelas kami telah usai. Beberapa hari lagi juga waktu aku tinggal di asrama ku kala itu yang terletak di lantai 4 juga akan selesai.

Suatu malam setelah shalat isya', kami seluruh santri berkumpul di masjid. Salah satu ustadz kami dari bidang kesantrian maju ke depan kami guna mengumumkan pengumuman terkait perpindahan asrama.

Hanya saja waktu itu hanya disebutkan ketua masing-masing asrama saja, tanpa menyebutkan anggota. Aku menunggu siapa saja yang kira-kira disebutkan menjadi ketua asrama. Juga apakah ketua asrama kelas 1, 2, 3 MTs, ataukah 1 MA.

Ketika penyebutan ketua asrama, namaku ternyata disebut di asrama lantai dasar. Asrama yang akan dihuni olehku dan aku menjadi ketuanya merupakan asrama santri baru. Waktu itu ada 7 asrama yang akan dihuni oleh santri baru kelas 1 MTs.

2. Beban Yang Berbeda

Aku mengetahui, kalau santri baru pasti akan lebih banyak keluhan dan beban yang harus dipikul oleh yang mengurus mereka. Baik ketua asrama, wali kelas, musyrif asrama, ataupun musyrif halqah Al-Qur'an.

Oleh sebab itu setelah aku mengetahui kalau aku mendapatkan amanah menjadi ketua asrama santri baru, aku langsung segera menemui kakak kelasku yang telah melewati dan menjalankan amanah tersebut. Aku menanyakan kepadanya sikap apa saja yang perlu dilakukan dalam menghadapi amanah tersebut.

3. Liburan Kenaikan Kelas

Waktu liburan tiba. Aku sebenarnya juga panik dan khawatir terhadap amanah ini. Waktu liburan juga aku curhat kepada orang tuaku terkait amanah yang akan kujalani, berdoa dan meminta doa juga agar dimudahkan dan anggota asramaku taat dan mudah diatur.

Bukan hanya ke orang tua saja. Aku juga meminta doa kepada kakak kelasku yang sudah lulus dan sudah kuliah agar aku dimudahkan menjalankan amanat ini.

4. Pertama Kali Menginjakkan Kaki di Asrama Baru

Hari balik ke pesantren tiba. Rasa panik dan khawatirku bertambah. Aku selalu membayangkan bagaimana perasaanku ketika pertama kali membuka pintu di asrama baruku, juga bagaimana reaksi anggota kamar baruku kala itu. Apalagi ketika memasuki gerbang pesantrenku sampai memarkirkan kendaraan di depan asrama yang akan kumasuki.

Pintu Asrama yang kuhuni sewaktu kelas 3 MA
Pintu Asrama yang kuhuni sewaktu kelas 3 MA
Namun, -alhamdulillah- ketika aku memasukinya dan bertemu mereka, aku merasa biasa-biasa saja. Memang belum saling mengenal. Tapi aku berpikir lama-kelamaan akan saling mengenal. Jadi aku lalui dengan biasa saja. Malam harinya juga aku langsung berkumpul dengan mereka dan saling memperkenalkan diri.

Oh iya, sebenarnya mereka para santri baru sudah datang sepekan sebelum aku dan santri lama lainnya datang. Jadi, mereka sempat tinggal di asrama tanpa ketuanya selama sepekan. Hanya ada musyrif asrama yang tinggalnya tidak bersama mereka.

5. Apa Saja Yang Bisa Dilakukan?

Kalau saja kita membeli rumah baru, kita memiliki peluang untuk memperbanyak furniture, perabot, dan lain sebagainya. Karena rumah masih kosong.

Begitupun santri baru. Itu peluang bagi kita para senior terlebih ketua asrama untuk menanamkan hal-hal yang positif bagi mereka. Kita bisa mengajarkan tata cara shalat yang sesuai sunnah, doa dzikir yang sesuai sunnah, amalan sunnah, dan lain sebagainya. Kalau mereka terbiasa, pasti pahalanya mengalir ke yang mengajarkannya.

6. Masalah Yang Harus Dihadapi dan Sikapnya

Santri baru, pasti belum bisa langsung betah. Pasti banyak masalah yang mereka alami. Ketua asrama pasti mengetahui masalah yang mereka alami. Terkadang ada yang menangis karena berbagai macam hal. Berantem kemungkinan terjadi dan memang pernah terjadi semasa aku menjadi ketua asrama. Keusilan dan keisengan juga pasti ada.

Apapun masalahnya, jangan sampai dihadapi dengan emosi, dikit-dikit marah, apalagi sampai main fisik. Hadapilah dengan kesabaran yang ekstra. Ketua asrama harus mengetahui bahwa mereka itu baru-baru masuk. Kalau langsung dimarah-marahin, pasti mereka menjadi semakin tidak betah. Ketua asrama juga harus memiliki peran untuk membuat mereka menjadi betah.

Yang perlu diingat juga, tiap santri pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang mudah nurut, ada yang susah. Itu semua harus dihadapi dengan kesabaran. Apalagi santri baru, masih awal-awal mondok. Yang terpenting adalah meminta kemudahan kepada Allah agar dimudahkan dalam mengatur mereka.

7. Beban Ujian Santri Tahun Akhir

Selain menjadi ketua asrama, posisiku juga berada di kelas 3 MA, tahun terakhir belajar formal di pesantren. Waktu itu kesibukanku bertambah dibandingkan ketika tahun-tahun sebelumnya, di luar menjadi ketua asrama. Berbagai ujian harus dihadapi.

Pertama-tama, di awal semester 1 ujian yang kami hadapi adalah menulis resume suatu buku, kemudian di sidang layaknya skripsi atau tugas akhir. Setelah itu di tengah-tengah semester, sebelum Penilaian Tengah Semester Ganjil, kami menghadapi ujian praktik khutbah jum'at dan imam shalat. Setelah PTS 1, kami menghadapi praktik mengajar. Terlihat melelahkan gak sih, hehe. Tambah amanah ketua asrama kelas 1 MTs.

Semester 2, kami menghadapi Asesmen Terpadu Pesantren dan Madrasah. Ujian tersebut terbagi menjadi ujian praktik dan ujian tulis, ditambah sebagian mata ujian yang kami hadapi dilaksanakan di bulan ramadhan.

Tapi, sesibuk apapun, alhamdulillah, kalau bukan karena pertolongan Allah, saya pasti akan keteteran sampai depresi. Meskipun sesibuk itu, alhamdulillah saya jalani dengan tenang. Walaupun sebenarnya, pasti masih ada banyak waktu kosong bagi saya.

8. Mengurus Santri Baru Akan Lebih Membekas

Maksud membekas ini kenangannya akan lebih mengesankan maksudnya. Bukan ketua asrama saja. Musyrif halqah, musyrif asrama juga pasti. Meskipun memang tergantung si yang mengurus. Kalau peduli, pasti akan terasa membekas. Kalau tidak ya berarti tidak ya, hehe. Kembali pada masing-masing individu.

9. Setelah Berpisah dari Mereka

Ketika perpindahan asrama setelah lulus kelas 3 MA, mau berpisah dengan anggota asramaku, aku merasa ingin menambah waktu. Aku merasa ingin terus bertemu mereka di satu tempat. Merasa ingin terus diingat dan dikenang satu sama lain.

Alhamdulillah, kadang kala, anggota asrama lama ku suka mendatangiku untuk mengobrol ataupun meminta tolong. Meskipun aku didatanginya tidak sesering teman-temanku yang juga menjadi ketua asrama santri baru. Aku memang bukanlah ketua asrama terbaik.

Aku juga pernah mengajak mereka jalan-jalan ke Curug Sawer waktu mereka sudah kelas 2 MTs dan aku di masa pengabdian.

Curug Sawer Sukabumi
Curug Sawer Sukabumi

10. Aku Bukanlah Ketua Asrama Terbaik

Sekali lagi, aku tegaskan kembali ya saudara. Bukan berarti aku menulis diari ini karena aku ketua asrama yang terbaik. Bukan, sekali-kali bukan. Aku hanya ingin sharing seputar ceritaku di pesantren saja. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Untuk yang sedang atau akan menjadi ketua asrama santri baru, di pesantren manapun, manfaatkanlah kesempatan itu sebaik mungkin. Buatlah banyak peraturan dan kebijakan yang menjadikan anggota kamar kalian orang-orang baik dan shaleh. Tapi tanpa dengan kekerasan yaa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun