Tapi itu tidak membuatku patah semangat. Masa lalu biarkan seperti itu, tak dapat diubah. Masih ada kesempatan untuk mengembangkan skill public speaking untukku. Apalagi sekarang ada media sosial. Sudah banyak orang yang menggunakan media sosial untuk membuat konten bermanfaat yang memerlukan skill public speaking.
Di awal masa pengabdian, aku sempat tertarik untuk membuat konten dakwah. Akhirnya aku melakukannya dan mempublishnya di Instagram. Namun, qadarullah orang tuaku menyuruhku untuk tidak membuat konten dahulu. Mau tidak mau aku taati perintah mereka.
Di luar nanti ketika lulus pesantren, Insya Allah masyarakat akan membutuhkan lulusan pesantren. Baik mengisi kajian, mengajar, dan lain sebagainya. Makanya, perlu sekali bagi santri untuk mempelajari public speaking. Agar bisa bermanfaat untuk masyarakat ketika sudah lulus. Banyak sekarang konten kreator dakwah yang merupakan lulusan pesantren.
Begitulah cerita singkat tentang pengalamanku selama di pesantren. Bagaimana perjalananku dalam mempelajari public speaking. Memang aku sejatinya tidak pernah dipilih pesantren untuk penampilan pidato baik lomba maupun event-event lainnya di pesantren. Masih banyak kakak kelas, teman-teman, bahkan adik kelasku yang pidatonya jauh lebih bagus daripada aku.
Mungkin sampai sini saja. Semoga bisa menjadi motivasi yang mendorong agar lebih semangat mempelajari public speaking. Yakinlah bahwa ilmu public speaking itu sangat penting bagi penuntut ilmu. Karena ilmu yang bermanfaat jangan sampai hanya berhenti pada diri kita. Harus bermanfaat untuk orang lain. Caranya adalah dengan menyampaikan ilmu yang kita miliki dan itu memerlukan skill public speaking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H