[caption caption="Burung Hantu Langka FIndlandia | Foto: finnature.com"][/caption]
Aku burung langka
Kujelajahi semua benua dan samudera
Kusinggahi garis katulistiwa
Kuselami kerak dunia
Tak ada yang lebih indah dari persada nusantara
Â
Sayang, kulihat manusia serigala
Memakai bulu domba dan tak segan berjumawa
Tak menampik pekik mencabik
Jati diri seharga manik
Lupa muruah ageng bestari
Abilasa dan angkara durjana
Tampak nyata dalam adibusana dan adidaya rupeksa
Â
Setya?
Pada apa?
Sakti?
Apa gerangan rupanya?
Singgasana rakyat
Kau jadikan keset kaki
Cendekia tak beda jalma berotak dengkul
Hartakara itu tuhanmu
Â
Malu aku melihatmu
Kasihan pada pemujamu
Meratap, mendekap kaki busukmu
Kau! Yang mampu mengeluarkan air mata buaya.
Kau, berwastra emas bertingkah melata.
Enyahlah dari istana itu.
Aku burung langka kan mematukmu.
Dalam dengkur tidurmu.
(Rara Avis)
Puisi sebelumnya:
http://www.kompasiana.com/rara_avis/pesan-ayah_56463804c4afbd331247148b