Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ulasan Novel Qi-Sha: Tujuh Bintang Petaka oleh Acek Rudy

25 Juni 2024   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:36 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Qi-SHA: Tujuh Bintang Petaka

Penulis: Acek Rudy

Penyunting: Jia Effendi

Tahun terbit: 2024

Penerbit: One Peach Media

Tebal: 297

Genre: Horor-Misteri

ISBN cetak: 978-623-483-233-4

--------------------------

Blurb

Pada 1942, tentara Jepang membantai keluarga Giok Soen Tang yang menolak mengibarkan Bendera Jepang di kelenteng mereka. Namun, salah satu anaknya lolos dari maut setelah membaca mantra Qi-Sha yang mengundang siluman ular putih, Bai Suzhen. Para tentara itu tewas mengenaskan dengan sekujur tubuh hancur seperti dimakan rayap.

***

Delapan puluh satu tahun kemudian, seorang pengusaha muda sukse ditemukan tewas mengenaskan di rumah mewahnya dengan tubuh hancur seperi dimakan rayap. Tidak ada petunjuk akan penyebab kematian dan siapa yang melakukan pembunuhan keji ini, kecuali secari kertas tua berisi sebuah mantra dalam bahasa Mandarin.

Suci Arkadewi tidak pernah menyangka kalau siaran breaking news pada penampilan perdananya ternyata akan membawanya pada akar masa lalunya. Meskipun tak ingin terlibat, Suci malah ditugaskan meliput dan terpaksa bertemu kembali dengan mantan kekasihnya.

Bersama Komisaris Polisi Fey Widyatmoko, reserse yang memimpin penyelidikan, dan grup detektif amatir yang terdiri atas seorang mantan jurnalis, seorang profesor psikologi dengan kemampuan indigo, seorang arkeolog dan seorang pendeta Tao, Suci turut serta dalam upaya membongkar misteri tersebut.

Satu per satu masa lalunya terkuak dan bagaikan membuka kotak Pandora, ia harus berhadapan dengan rahasia keluarga yang terlalu mengejutkan untuk dipercayainya.

***

Qi-Sha: Tujuh Bintang Petaka, membawa pembaca masuk ke wilayah keajaiban yang terjalin secara tak terduga. Sebuah perpaduan antara legenda Cina kuno dan aksi thriller kontemporer yang digarap dengan penuh keterampilan, memberikan denting penulisan yang memikat dan penuh kejutan

---------------------------

Sebelum saya mengulas novel ini, Bang Rudy tolong bantu jelaskan ini kepada saya hehehe. Yang pasti saya bukan target pembunuhan berikutnya, kan? Wkwkwk.

Dokpri
Dokpri

 Yang bikin saya tertarik dengan novel ini yaitu entitas yang dipilih sebagai fondasi pergerakan cerita. Kenapa? Karena mengingatkan saya dengan novel pertama saya berjudul Persembahan Terakhir yang terbit eksklusif di aplikasi Cabaca yang juga tidak jauh dari hewan melata ini dan berbagai hal supranatural yang melekat. Tema ceritanya sangat jauh berbeda, background story-nya apalagi. Namun, mau tidak mau saya jadinya melakukan perbandingan antara karya Bang Rudy dan milik saya. Dan tentunya saya masih kalah jauh dan perlu belajar lebih banyak lagi.

Fisik Buku

Terima kasih kepada Mas Andri Sonda untuk desain sampul dan ilustrasi yang super keren. Sosok mistis Bai Suzhen alias Siluman Ular Putih benar-benar menunjukkan taringnya. Mas Andri bisa menggambarkan Bai Suzhen yang cantik, berkharisma sekaligus dingin dan kejam memberikan kengerian kalau diperhatikan lama-lama. Visual Bai Suzhen sangat membantu saya membayangkan entitas tersebut saat kemunculannya dalam cerita.

Ilustrasinya juga keren. Mas Andri menunjukkan keseriusan di dalam memahami isi cerita dan memvisualisasikan dengan apik.

Satu lagi, pembatas buku yang kutebak adalah mantra Qi-Sha. Saya berasa ikut menyimpan kertas kuning berisi mantra tersebut hahaha.

Penokohan

Seperti biasa Bang Rudy suka sekali memasukkan rekan-rekan kompasianer menjadi karakter dalam ceritanya. Sebut saja Lintang Ayu, Tomi, dan Felix Sitorus yang jadi tim paranormal pemburu hantu di cerita ini, kemudian ada Aki Hensa penjaga klenteng dan mungkin beberapa nama yang belum kukenal sebelumnya, tetapi dimunculkan di sini.

Jadi, mari kita kenalan dengan karakter-karakter yang ada di novel ini.

  • Suci Arkadewi: Seorang perempuan yang pengen sekali tampil di tivi sebagai pembaca berita. Ia memulai karirnya sebagai reporter, sebagai jurnalis investigasi topik-topik penting hingga akhirnya bisa menjadi pembaca berita yang dicita-citakannya. Siaran breaking news perdananya tentang kematian pengusaha muda sukses cukup menggemparkan. Mau tidak mau Suci banyak terlibat di dalamnya. Tanpa diduga, kasus tersebut membawa Suci menyingkap masa lalunya yang ruwet bahkan di luar nalarnya.
  • Fery Widyamoko atau EfWe: Polisi berpangkat komisaris yang dikenal karena sepak terjangnya yang membanggakan. Ia dipercaya untuk melakukan penyidikan terkait kasus kematian pengusaha tersebut dan membuatnya masuk ke dalam masalah yang melibatkan orang-orang di masa lalu yang penuh intrik.
  • Lintang Ayu, Tomi dan Felix: Saya suka dengan kemistri ketiganya sebagai pemburu hantu. Terlebih Tomi, di sini ia menjadi pencair suasanya yang kehadirannya memang pas. Celetukannya lucu dan tingkahnya bisa mengundang gelak. Apalagi momen-momen resolusi menuju ending cerita. Ketegangan yang tercipta bisa berkurang sedikit dengan kekocakan Tomi.
  • Jo: seorang polisi, mantan pacara Suci. Karakter paling kukagumi karena kesetiaannya baik kepada Fery, Suci dan juga Rean. Kayaknya jaman sekarang susah mendapatkan rekan yang loyalitasnya tinggi seprti Jo.
  • Rean: sahabat Suci, pria dengan jokesnya garing. Emang beneran terasa garing hahaha. Tapi tenang, dia ada pembelaan kok dengan kebiasaannya itu yang buat dia tetap menyombongkannya.
  • Anis Kilai Gerhana atau Ahao: Mantan menteri yang ternyata menyimpan banyak rahasia. Dari dia, Fery banyak mendapatkan fakta-fakta keluarga Mayor Giok dibantu dengan upya yang lain tentunya.
  • Iblis Muka Pucat: sosok mistis yang sebelumnya adalah manusia biasa, tapi berhasil ditarik dari dasar neraka untuk menjalankan misi tuannya.
  • Acek Rudy: Cameo dengan kemunculan paling epik meskipun saya sudah menduga bahwa dengan petunjuk profesi dan kemampuan yang dibeberkan, saya langsung mengarah ke beliau. Tapi, tetap saja, pas Acek Rudy muncul, saya senyum-senyum aja gitu sambil membayangkan para kompasianer berkumpul memcahkan misteri yang ada.

My Reading Experience

Pertama, reuni para kompasioner bikin saya merinding sih. Kok, bisa-bisanya Bang Rudy punya ide itu. Kalau belum bisa ketemu langsung, kita bikin ketemu di dunia fiksi wkwkw.

Kedua, sedikit banyaknya, Bang Rudy berbagi ilmu yang dikuasainya bahkan saya nggak bisa kalau nggak ikutan bereksperimen dengan nama dan angka mengikuti teknik yang disampaikan. Pembahasan angka 7 relate dengan saya. Seperti yang beliau katakan, angka 7 ini punya banyak makna filosofis yang secara tidak sadar atau secara alamiah melekat pada diri kita dan alam semesta. Saya sendiri melihat angka 7 sebagai angka yang melambangkan kesempurnaan. Entah teroinya bagaimana tapi saya percaya aja gitu hehehe.

Terus kenapa relate? Karena saya anak ketujuh dari delapan bersaudara. Angka 7 juga menjadi angka favorit karena mungkin dipengaruhi background suku dan budaya saya juga yang tidak jauh dari angka ganjil dan angka 7. Misal, kalau kebiasaan orang Batak, tangga rumah nggak boleh genap. Kalau kasih petuah berupa umpama dan umpasa (peribahasa dan pantun) dan acara aa juga nggak boleh genap, hitungannya harus ganjil. Dalam kosmologi Batak surga digambarkan punya tujuh tingkatan.

Ketiga, saya suka sekali bagaimana kedua kubu disini saling berlawanan. Mereka berusaha saling menjatuhkan, saling menyerang dengan memperjuangkan tujuan mereka seolah semuanya terlihat baik dan mulia. Kita akan dibuat bingung dan penasaran, bahkan saya beberapa kali tidak bisa menentukan saya akan berpihak kepada siapa. Ternyata trik penulisan seperti ini lebih manjur menarik perhatian pembaca dari pada memberitahukan atau menetapkan langsung tokoh antogonis sejak awal cerita. Bang Rudy di sini main-main dulu dengan motif setiap tokohnya sehingga setiap motif terlihat benar, padahal ujung-ujungnya menyimpang dan bahkan membawa bahaya besar. Ini bagian terkeren sih.

Keempat, entah bagaimana cara Bang Rudy punya ide sekeren ini, kita akan dibawa melihat legenda Siluman Ular Putih dari sisi yang berbeda. Yang awalnya manis dan romantis langsung berubah 180 derajat menjadi  mengerikan. What If  di sini tersusun dengan rapi da.

Terakhir, karena ini adalah novel kedua Bang Rudy yang saya baca, ada muncul perbandingan dengan novel pertama beliau berjudul Berdansa dengan Kematian. Perbandingan ini sebenarnya tidak sepadan karena dari segi premis dan pendekatan saja sudah berbeda. Tapi, kalau kalian suka yang mistisnya kental banget, ditambah dengan cerita tragis dan berdarah-darah, saya lebih merekomendasikan Berdansa dengan Kematian. Sedangkan kalau kalian cari ide cerita ala detektif dengan balutan cerita mitologi dan supranatural, novel Qi-Sha: Tujuh Bintang Petaka ini malah terasa lebih kuat. Novel ini kayaknya juga lebih aman buat kalian yang nggak begitu suka dengan darah dan pembantaian.

Sebagai penutup, lagi-lagi saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bang Rudy karena sudah beri kesempatan untuk ikut berpetualang menyingkap misteri batu Qi-Sha. Pengalaman membaca yang sangat memuaskan saya. Semangat berkarya bang Rudy, ditunggu karya-karya keren berikutnya.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun