Mohon tunggu...
Richardo Antolis
Richardo Antolis Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Indonesia

Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Flu Spanyol, "Corona" Abad Ke-19

31 Maret 2020   18:27 Diperbarui: 31 Maret 2020   18:33 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 Virus corona atau COVID-19 bukanlah yang pertama bagi kita. Kita pernah menghadapi hal yang serupa. Bila kita membuka kembali lembaran sejarah, akan muncul berbagai pandemi yang pernah terjadi selama sejarah manusia. Seratus tahun yang lalu, tepat pada tahun 1920 kita baru selesai menghadapi salah satu pandemi yang paling mematikan dalam sejarah. Bagaimanakah pandemi itu? Simak artikel berikut.

Flu Spanyol

Flu Spanyol atau dikenal juga sebagai flu burung dengan virus H1N1 juga merupakan pandemi pada zamannya. Menurut catatan sejarah, flu spanyol berlangsung dari Januari 1918 hingga Desember 1920.  Dengan perkiraan sekitar lima ratus juta orang tertular dan lima puluh juta di antaranya meninggal, penyakit ini berhasil memasuki tubuh dari sepertiga penduduk bumi. Dengan jumlah korban yang sangat banyak, flu spanyol berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

Asal Mula Flu Spanyol
 
 Penyebaran cepat dari flu spanyol dimulai pada Perang Dunia 1. Hal ini disebabkan oleh kondisi dan kebiasaan hidup para tentara yang tidak higienis menyebabkan flu spanyol dengan mudah menyebar. Banyaknya tentara yang tertular yang kembali ke negara masing-masing pada musim panas 1918 membuat penyebaran virus ini menjadi sangat cepat.

  Walau namanya flu spanyol, para ilmuwan memprediksikan bahwa flu ini tidak berasal dari Spanyol melainkan dari Cina. Para sejarawan menyatakan bahwa virus dari flu spanyol dibawa oleh para pekerja ke Prancis dimana para pekerja diisolasi di dalam kontainer selama enam hari sebelum tiba di Prancis. Cukup banyak pekerja Cina yang jatuh sakit namun para dokter tidak memedulikan hal ini karena sifat rasis yang sangat kuat pada masa itu. Para dokter bahkan menjuluki penyakit ini sebagai "Chinese laziness" atau "kemalasan orang Cina". Namun, para dokter itu tidak tahu bahwa itu merupakan awal dari salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

  Flu spanyol mendapatkan namanya karena negara pertama yang mengumumkan bahwa mereka  mengidentifikasi penyakit baru adalah Spanyol sehingga flu ini identik disebut sebagai flu spanyol. Hal ini juga disebabkan karena pada Perang Dunia 1 terdapat sensor perang sehingga Spanyol yang merupakan negara netral pada masa itu menjadi negara pertama yang mengumumkan ditemukannya penyakit flu spanyol ini. Selain itu, jumlah korban yang sangat besar di Spanyol juga membuat flu ini dikenal dengan namanya saat ini.

Outbreak Flu Spanyol
 
  Berbeda dengan COVID-19, flu spanyol cenderung mematikan terhadap orang-orang yang masih muda terutama pada balita dan orang-orang yang berusia 20-30 tahun. Flu spanyol yang awalnya hanya menyerang para tentara perang dengan cepat menyebar kepada masyarakat karena penyebarannya yang dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan orang tertular serta melalui bersin, batuk, serta cairan tubuh dari orang yang tertular sehingga tingkat penyebaran virus H1N1 cepat.

  Hal yang paling mengejutkan dari penyakit ini adalah para sejarawan memprediksikan bahwa lebih banyak tentara yang gugur karena penyakit ini daripada mereka yang gugur di dalam peperangan. Bahkan, Raja Spanyol, Alfonso XIII dan mantan presiden AS, Woodrow Wilson dikabarkan terinfeksi virus H1N1.

Gejala Flu Spanyol

  Ternyata bukan hanya COVID-19 yang memberikan gejala yang mirip dengan flu biasa. Gejala dari orang yang tertular flu spanyol ternyata juga mirip dengan orang yang terkena flu biasa seperti sakit kepala, demam, badan menggigil, badan lemas, dan pilek. Namun, setelah beberapa hari penyakit ini akan mulai menunjukkan tanduknya, kulit penderita akan berubah menjadi berwarna biru dan tenggorokan mereka akan terisi lendir sehingga akan membuat penderita sulit bernapas. Para penderita dapat meninggal dalam hitungan jam ataupun hari sehingga penanganan harus cepat dilakukan. Menurut, catatan sejarah, sebagian besar penderita meninggal akibat pneumonia dan komplikasi. Sampai saat ini, para penderita influenza sejenis dengan flu spanyol sangat rentan mengalami komplikasi.

Pencegahan Flu Spanyol

   Flu spanyol dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan rutin membersihkan rumah serta mandi setidaknya dua kali sehari. Pada masa itu, para masyarakat dihimbau untuk makan makanan bergizi dan rutin berolahraga. Hingga saat ini, kita tetap dihimbau untuk selalu menjaga gaya hidup sehat. Bila mampu, kita diharapkan untuk mengonsumsi vitamin. Ini merupakan pertanda bahwa gaya hidup sehat memang penting untuk dijalankan.

Buruknya Penanganan Flu Spanyol

 Flu spanyol berhasil menginfeksi banyak negara di Eropa termasuk Prancis, Spanyol, dan Inggris. Flu spanyol bahkan berhasil menulari Amerika Serikat dan beberapa negara di Afrika serta Asia.

  Pada masa itu, tidak ada pengobatan yang dapat secara langsung mengobati flu spanyol, hanya terdapat perkiraan pengobatan yang ampuh namun tidak terdapat bukit yang signifikan dalam membuktikan validitas obat yang digunakan. Di beberapa daerah, terdapat pengobatan dengan memberikan tiga puluh miligram aspirin kepada pasien, namun pengobatan ini tidak mampu mengatasi penyakit ini. Penelitian terkini bahkan menyatakan bahwa dosis ini beracun bagi tubuh kita.

  Kurangnya tenaga medis yang hadir untuk mengobati masyarakat juga menjadi salah satu faktor yang mendukung parahnya pandemi ini. Banyak tenaga medis yang dikirim ke medan perang membuat tenaga medis yang dapat menangani pandemi ini berkurang drastis. Fasilitas medis seperti rumah sakit beserta peralatannya yang sangat minim membuat para petugas medis harus bekerja ekstra dalam menangani pandemi ini. Sekolah, gereja, dan beberapa fasilitas umum lainnya terpaksa digunakan sebagai rumah sakit karena kurangnya ruangan untuk menangani korban yang berjumlah besar. Bahkan, terdapat kasus dimana para petugas medis harus mengambil keputusan dalam menentukan mana yang harus direlakan meninggal dan mana yang akan dirawat.

Bagaimana sekarang?

   Setelah pandemi flu spanyol selesai, para peneliti secara terus-menerus melakukan penelitian untuk mencegah pandemi terjadi kembali dan mencari cara untuk menangani flu spanyol dan penyakit sejenisnya bila terjadi pandemi. Pada tahun 1940-an, para peneliti mulai mengembangkan dan meresmikan vaksin flu pertama di dunia. Dengan munculnya berbagai jenis penyakit flu lainnya, penelitian bahkan masih berlanjut hingga saat ini. Penyakit mirip flu spanyol terbaru yang muncul adalah virus H7N9 yang muncul di Cina pada tahun 2013.

    Untungnya, pada tahun 2008 para peneliti berhasil mengidentifikasi sebab flu spanyol begitu berbahaya, yakni tiga grup genetika yang dapat melemahkan membran tenggorokan dan paru-paru serta mempermudah perkembangbiakan bakteri pneumonia. Berita menyenangkan lainnya adalah peneliti berhasil menemukan cara untuk mengobati dan menangani penyakit flu spanyol. Namun, kita tetap dihimbau untuk selalu menjaga gaya hidup sehat karena penyakit ini sangatlah berbahaya dan dapat membunuh kita dengan cepat.

Menghadapi COVID-19 Saat Ini

  Saat ini, sekitar satu abad setelah flu spanyol, kita menghadapi sebuah pandemi mematikan lainnya. Sampai saat ini, para peneliti bekerja keras untuk menemukan vaksin dan obat untuk melawan COVID-19. Para dokter dan tenaga medis bekerja keras hingga kekurangan tidur dan memiliki bekas luka di wajah mereka karena ketatnya masker yang mereka gunakan. Para petinggi bekerja keras untuk mencegah kerusakan lebih parah terjadi pada lingkungan dan kehidupan kita. Merupakan tugas kita untuk tetap berada di rumah dan mendoakan mereka yang berjuang di luar sana agar mereka dapat berhasil memenangkan pertarungan ini. Kita semua perlu bekerja sama dalam menghadapi kekacauan yang sedang terjadi saat ini.

 Percayalah bahwa kita sudah pernah melewati hal yang serupa, ini bukanlah yang pertama bagi kita. Tetaplah percaya dan berharap bahwa suatu saat pandemi ini akan berakhir sama seperti flu spanyol dan berbagai pandemi yang pernah ktia hadapi. Kita harus yakin bahwa kita bisa melewati hal ini bersama-sama. Sekarang adalah waktunya kita melihat sisi positif dari situasi saat ini. Lakukanlah apa yang kita bisa untuk membantu mereka yang berjuang saat ini dengan tetap berada di rumah dan menjaga gaya hidup sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun