Virus corona atau COVID-19 bukanlah yang pertama bagi kita. Kita pernah menghadapi hal yang serupa. Bila kita membuka kembali lembaran sejarah, akan muncul berbagai pandemi yang pernah terjadi selama sejarah manusia. Seratus tahun yang lalu, tepat pada tahun 1920 kita baru selesai menghadapi salah satu pandemi yang paling mematikan dalam sejarah. Bagaimanakah pandemi itu? Simak artikel berikut.
Flu Spanyol
Flu Spanyol atau dikenal juga sebagai flu burung dengan virus H1N1 juga merupakan pandemi pada zamannya. Menurut catatan sejarah, flu spanyol berlangsung dari Januari 1918 hingga Desember 1920. Â Dengan perkiraan sekitar lima ratus juta orang tertular dan lima puluh juta di antaranya meninggal, penyakit ini berhasil memasuki tubuh dari sepertiga penduduk bumi. Dengan jumlah korban yang sangat banyak, flu spanyol berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.
Asal Mula Flu Spanyol
Â
 Penyebaran cepat dari flu spanyol dimulai pada Perang Dunia 1. Hal ini disebabkan oleh kondisi dan kebiasaan hidup para tentara yang tidak higienis menyebabkan flu spanyol dengan mudah menyebar. Banyaknya tentara yang tertular yang kembali ke negara masing-masing pada musim panas 1918 membuat penyebaran virus ini menjadi sangat cepat.
 Walau namanya flu spanyol, para ilmuwan memprediksikan bahwa flu ini tidak berasal dari Spanyol melainkan dari Cina. Para sejarawan menyatakan bahwa virus dari flu spanyol dibawa oleh para pekerja ke Prancis dimana para pekerja diisolasi di dalam kontainer selama enam hari sebelum tiba di Prancis. Cukup banyak pekerja Cina yang jatuh sakit namun para dokter tidak memedulikan hal ini karena sifat rasis yang sangat kuat pada masa itu. Para dokter bahkan menjuluki penyakit ini sebagai "Chinese laziness" atau "kemalasan orang Cina". Namun, para dokter itu tidak tahu bahwa itu merupakan awal dari salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.
 Flu spanyol mendapatkan namanya karena negara pertama yang mengumumkan bahwa mereka  mengidentifikasi penyakit baru adalah Spanyol sehingga flu ini identik disebut sebagai flu spanyol. Hal ini juga disebabkan karena pada Perang Dunia 1 terdapat sensor perang sehingga Spanyol yang merupakan negara netral pada masa itu menjadi negara pertama yang mengumumkan ditemukannya penyakit flu spanyol ini. Selain itu, jumlah korban yang sangat besar di Spanyol juga membuat flu ini dikenal dengan namanya saat ini.
Outbreak Flu Spanyol
Â
 Berbeda dengan COVID-19, flu spanyol cenderung mematikan terhadap orang-orang yang masih muda terutama pada balita dan orang-orang yang berusia 20-30 tahun. Flu spanyol yang awalnya hanya menyerang para tentara perang dengan cepat menyebar kepada masyarakat karena penyebarannya yang dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan orang tertular serta melalui bersin, batuk, serta cairan tubuh dari orang yang tertular sehingga tingkat penyebaran virus H1N1 cepat.
 Hal yang paling mengejutkan dari penyakit ini adalah para sejarawan memprediksikan bahwa lebih banyak tentara yang gugur karena penyakit ini daripada mereka yang gugur di dalam peperangan. Bahkan, Raja Spanyol, Alfonso XIII dan mantan presiden AS, Woodrow Wilson dikabarkan terinfeksi virus H1N1.
Gejala Flu Spanyol
 Ternyata bukan hanya COVID-19 yang memberikan gejala yang mirip dengan flu biasa. Gejala dari orang yang tertular flu spanyol ternyata juga mirip dengan orang yang terkena flu biasa seperti sakit kepala, demam, badan menggigil, badan lemas, dan pilek. Namun, setelah beberapa hari penyakit ini akan mulai menunjukkan tanduknya, kulit penderita akan berubah menjadi berwarna biru dan tenggorokan mereka akan terisi lendir sehingga akan membuat penderita sulit bernapas. Para penderita dapat meninggal dalam hitungan jam ataupun hari sehingga penanganan harus cepat dilakukan. Menurut, catatan sejarah, sebagian besar penderita meninggal akibat pneumonia dan komplikasi. Sampai saat ini, para penderita influenza sejenis dengan flu spanyol sangat rentan mengalami komplikasi.
Pencegahan Flu Spanyol