"hm sudah lah DO IT saja. Pasrahkan ke yang di atas" kataku sambil menatap mereka
"ya kau betul"
Menuju Perjalanan
      Sebelum memasuki pesawat, kami semua kompak untuk membaca doa. Setelah selesai berdoa, akhirnya kami pun lansung take off. Saat duduk di pesawat sambil melihat langit dan laut aku meneteskan air mataku. Aku berhasil ketemu dengan teman-teman sekolah dan meneraktir serta membuat mereka bahagia. Akan tetapi, disisi lain aku benar terpuruk ketika tidak pernah lagi bertemu dan berkontak dengan orangtua selama 12 tahun.
"den" sapa seseorang yang isengnya membuatku kaget
"skuy, ada apa?" tanyaku
"aku menemukan informasi orangtua mu" kata Brams sambil tersenyum
"hah? Serius kamu" tanyaku sambil kegirangan
"iya. Kemungkinan besar" jawab Brams
"Mereka tinggal dimana, bagaimana keadaan mereka? Apakah yang terjadi dengan mereka?" tanyaku sambil menangis.
Belom sempat menjawab pertanyaanku tak lama kemudian ada kesalahan kecil yang membuat kerugian yang sangar fatal bagi pesawat yang kami tumpangi. Tiba-tiba pesawat itu jatuh secara perlahan ke laut dan tak lama kemudian meledak. Hanya aku yang kemungkinan hidup sendiri di tengah bongkahan pesawat yang telah tercabik-cabik dengan sisa energi dan nyawa yang sekarat rasanya semua pencapaian ku tak berguna. Namun, aku masih mempunyai tekad untuk masih hidup sampai bisa betemua dengan orangtuaku.