Tidak banyak obrolan yang kami bincangkan di perjalanan hanya sebuah nasihat seperti layaknya pertanyaan orang tua kepada anaknya, seputar akan melanjutkan kemana setelah lulus SMA dan sebagainya.
Karena perjalanan terhitung cukup jauh kurang lebih mencapai 30-40 menit. Sedangkan obrolan sudah di tutup. Diperjalanan saya hanya menggumam, " ini gimana nanti pas di ojek kalo di pegat (berhentikan) mang drivernya", "gimana kalo disuruh turun terus harus naik ojeg sedangkan uang hanya pas-pasan".
Pemikiran tersebut selalu memenuhi benak saya, hingga pada akhirnya beberapa meter sebelum tiba di muka jalan tempat ojeg pangkalan mangkal. Saya memberi tahu bapak driver mengenai atribut seperti jaket dan helm yang saya gunakan.
Saya : "Bapak kan nanti lewat cilengkrang, gimana kalo helmnya disimpan aja, sama atribut jaket nya di lepas dulu aja.
Driver : Oh gitu neng?, iya boleh kita melipir dulu ( dengan nada bicara dan raut wajah yang santai ketika saya melihatnya di kaca spion"
Setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan, hingga pada waktu yang saya cemaskan tiba. Saya terkejut benar benar benar terheran. Ketika bapak driver berhenti di depan gerombolan ojek pangkalan lalu melaporkan dirinya sebagai seorang driver ojek online.
Driver: " Punten kang, Abdi grab bade ngajajap ka lebet wios ?"
    (permisi kang, saya grab mau mengantar ke tujuan apakah boleh)
Perwakilan ojek pangkalan :Â " Teu bisa! Nepi dieu weh." (tidak bisa sampai sini saja)
Kemudian bapak driver menyuruh saya turun dan melanjutkan perjalanan menggunakan ojek pangkalan. Ketika itu saya bingung,. ketika saya turun dan hendak beralih menggunakan ojek online. Terjadi percakapan kembali antara driver dan ojek pangkalan.
Driver : " kang punteun, abdi bade ngiring ngajajap na dugi kaluhur kanggo ngabereskeun orderan iyeu," (kang maaf, saya mau ikut ke atas untuk menyelesaikan orderan ini)