Ia suka belajar. Buku di dalam ruangannya begitu banyak, tidak hanya satu jenis. Ia senang menambah pengetahuan baru, salah satunya adalah dengan bertanya. Ia sering sekali bertanya pada orang-orang yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih dari ia. Ia bisa melontarkan sepuluh pertanyaan. Ya, prinsip ia adalah semua harus jelas dari akar sampai ke permukaan. Karena pengetahuan yang tidak mendasar adalah penyebab dari yang namanya “gagal paham”–istilah yang diucapkan oleh seorang musisi, Ahmad Dhani. Semua informasi harus jelas agar pondasi pengertian dapat berdiri dengan kokoh. Jadi, kalau kurang paham ya wajib bertanya.
* * *
Telah lama ia terduduk di sana. Sementara kakaknya sedari tadi asyik memotret keindahan taman Vanda. Siang itu entah mengapa, setelah misa, ia ingin mampir sebentar untuk duduk di taman. Tak ada kata basa-basi dan kakaknya masih asyik dengan memotret. Ia memandang ke langit, tapi hanya nampak warna kelabu menutupi hampir keseluruhan langit Bandung.
“Sedikit lagi mau hujan,” kata si kakak.
Tak ada yang tahu lamunan apa yang ada dipikirannya. Ya benar, ia masih mengingat ekspresi itu. Ekspresi Sati yang jengkel (atau lebih tepatnya jijik) karena mengetahui sebuah kesalahan dari ia. Kesalahan adalah cacat, mungkin bagi Sati.
[caption caption="Sumber : Arsip Pribadi"][/caption]
* * *
Dibayangkannya kejadian di kantin itu. Ia duduk di sana setelah satu setengah jam ia terus bertatap muka dengan dosen. Tak banyak yang ia mengerti dari yang dikomat-kamitkan saat kuliah tadi. Ini terjadi, terutama pada dosen yang sistem mengajarnya adalah–yang ia sebut copy-paste dari slide, dimana menyebabkan semua yang ada di dalam kelas menjadi punya kesibukannya masing-masing. Kalau sudah begini, kalau ia bertanya pasti jawabannya tidak memuaskan dan terlihat jelas kalau materi tidak si dosen kuasai dengan baik.
Selagi sibuk membaca artikel blog di laptop, muncul Sati dan Zola. Perbincangan pun menjadi hangat dan tentunya membuat seseorang jadi tidak fokus membaca lagi. Zola bercerita tentang film favoritnya, “Orange Marmelade”, yang berkisah tentang seorang vampir; yang mengalami mutasi atau semacamnya sehingga tidak menghisap darah manusia lagi melainkan berganti dengan darah babi, hidup bersama dengan manusia. Singkat cerita terjadi pertentangan dimana manusia yang merasa superior menghendaki agar manusia-vampir harus disingkirkan, bahkan seharusnya dibunuh. Akhirnya manusia-vampir mengalami diskriminasi dari pihak manusia. Setiap anak manusia dilarang berteman dengan anak manusia-vampir. Manusia-vampir yang melamar pekerjaan pasti ditolak, oleh karena itu mereka selalu berpura-pura mengaku sebagai “manusia” agar bisa memperoleh pekerjaan. Zola menceritakannya dengan mata yang penuh semangat. Sedangkan ia hanya menikmatinya. Ia seperti menyaksikan kejadian yang sama dengan cerita itu.
“Tapi dimana, ya?”
Asyik bercerita, topik berganti membahas soal administrasi kampus untuk ujian tengah semester.