Studi kasus Laut China Selatan menunjukkan bahwa meskipun diplomasi maritim menghadapi tantangan besar, seperti ketegangan geopolitik dan tindakan unilateralis, upaya diplomatik tetap penting dalam mencegah eskalasi konflik dan mencari solusi damai. Keberhasilan diplomasi maritim sangat bergantung pada komitmen politik, transparansi, dan kerjasama regional yang kuat, meskipun tantangan seperti perbedaan kepentingan nasional dan ketidakpercayaan antar negara seringkali menjadi hambatan.
Secara keseluruhan, diplomasi maritim di Asia Tenggara telah berkontribusi pada stabilitas regional, namun masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengatasi tantangan yang ada dan memastikan keamanan maritim yang berkelanjutan. Kerjasama yang lebih intensif dan pendekatan multilateral yang inklusif akan menjadi kunci dalam menjaga keamanan di wilayah yang strategis ini.
Referensi:Â
ASEAN Regional Forum. (n.d.). "ASEAN Regional Forum." Retrieved from https://asean.org/our-communities/asean-political-security-community/asean-regional-forum-arf/
Bateman, S., Ho, J. H., & Chan, J. (2009). Good Order at Sea in Southeast Asia: Policy Recommendations. Singapore: S. Rajaratnam School of International Studies.
Beckman, R. (2012). "The South China Sea Disputes: International Law, UNCLOS and the ASEAN-China 2002 Declaration on the Conduct of Parties." Pacific Review, 25(5).
Buszynski, L. (2012). "The South China Sea: Oil, Maritime Claims, and U.S.-China Strategic Rivalry." Washington Quarterly, 35(2).
Information Fusion Centre (IFC). (2020). Annual Report 2019. Singapore: IFC.
Koh, T. (2013). "Building Trust and Confidence in Southeast Asia: Role of ASEAN Maritime Forums." Asia-Pacific Review, 20(1).
Liss, C. (2010). Oceans of Crime: Maritime Piracy and Transnational Security in Southeast Asia and Bangladesh. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Raymond, C. Z. (2009). "Maritime Security in Southeast Asia: A Critical Review of the Literature." Naval War College Review, 62(3).