Mohon tunggu...
Ridha Munawir Masly Pandoe
Ridha Munawir Masly Pandoe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Indonesia

Mahasiswa Magister Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Diplomasi Maritim dalam Meningkatkan Kerjasama Keamanan di Kawasan Asia Tenggara

30 Agustus 2024   10:38 Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:16 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Implikasi dan Rekomendasi

  1. Implikasi

Implikasi dari analisis ini menggarisbawahi bahwa diplomasi maritim adalah komponen vital dalam menjaga keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara. Diplomasi maritim yang efektif memiliki dampak langsung terhadap stabilitas ekonomi, keamanan regional, dan perdamaian internasional, terutama di kawasan yang kaya akan sumber daya dan memiliki jalur pelayaran strategis seperti Laut China Selatan dan Selat Malaka (Buszynski, 2012). Namun, kompleksitas dalam pelaksanaan diplomasi maritim juga menunjukkan adanya tantangan besar, termasuk ketidakpastian geopolitik, perbedaan kepentingan nasional, dan kekurangan dalam kapasitas institusional. Jika ketegangan ini tidak dikelola dengan baik, risiko konflik bisa meningkat, yang berpotensi mengganggu perdagangan global dan stabilitas regional (Beckman, 2012).

  1. Rekomendasi

  1. Penguatan Kerjasama Regional: Negara-negara di Asia Tenggara harus terus memperkuat kerjasama melalui mekanisme-mekanisme regional seperti ASEAN, ARF, dan ReCAAP. Inisiatif ini harus lebih proaktif dalam merespons ancaman maritim dan lebih inklusif dalam melibatkan semua negara yang berkepentingan di kawasan ini (ASEAN Regional Forum, n.d.).

  1. Peningkatan Transparansi dan Kepercayaan: Membangun kepercayaan di antara negara-negara yang bersengketa adalah kunci untuk efektivitas diplomasi maritim. Pertukaran informasi, latihan bersama, dan dialog terbuka harus diperluas untuk mengurangi ketegangan dan mencegah mispersepsi yang dapat memicu konflik (Koh, 2013).

  1. Peningkatan Kapasitas Institusional: Negara-negara di kawasan ini perlu meningkatkan kapasitas institusional mereka dalam penegakan hukum maritim, perlindungan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya laut. Ini dapat dicapai melalui investasi dalam teknologi maritim, pelatihan personel, dan kerjasama teknis dengan mitra internasional (Raymond, 2009).

  1. Pendekatan Multilateral dalam Penyelesaian Sengketa: Penyelesaian sengketa maritim, terutama di Laut China Selatan, harus dilakukan melalui mekanisme multilateral yang didukung oleh hukum internasional, seperti UNCLOS. Pendekatan ini akan membantu memastikan bahwa setiap resolusi bersifat adil, inklusif, dan berkelanjutan (Beckman, 2012).

  1. Perluasan Peran Diplomasi Non-Tradisional: Selain diplomasi antar pemerintah, penting untuk melibatkan aktor non-negara seperti organisasi non-pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dalam diplomasi maritim. Ini dapat memperluas perspektif dan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan maritim yang kompleks (Buszynski, 2012).

BAB 4 PENUTUPAN

  1. Kesimpulan
    Diplomasi maritim memainkan peran krusial dalam meningkatkan keamanan di kawasan Asia Tenggara, sebuah wilayah yang menghadapi berbagai ancaman maritim seperti pembajakan, penyelundupan, dan sengketa teritorial. Berbagai inisiatif dan kerjasama regional, termasuk yang dipimpin oleh ASEAN, telah berhasil meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar negara untuk menghadapi ancaman ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun