Mohon tunggu...
Eni Ratnaningsih
Eni Ratnaningsih Mohon Tunggu... -

Nama lengkap Eni Ratnaningsih, tinggal di kota Palembng

Selanjutnya

Tutup

Puisi

{DEAR PPA} Negeri Impian

1 Maret 2015   05:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

malam semuram wajahmu

menangis diam-diam, dalam tidur pura-pura

tak ada suara selain isak setipis angin

dan derik nafas berat dari dada tipismu

ah, bagaimana lagi aku yakinkanmu, mak?

aku lelah titipkan impian

pada batu-batu

pada roda-roda berkarat

pada tanah rengkah di balik bukit putih itu

pada tidur serupa lindur

apa salah jika kini kutitipkan impianku

pada tanah asing, ketika negeri ini

tak mampu beri kita apa-apa

bahkan, segenggam tanah kuburan gratis?

demi sebutir harap tersisa

izinkan kubawa langkah ke tanah rantau

wujudkan mimpi saat tidur dan jagaku

berimu lebih dari sekadar raskin

yang seperti olok-olok untuk kemiskinan kita

sangui saja aku dengan doamu sepenuh-sepenuh

tak akan lama, mak

aku akan sering berkirim kabar,

dan buah keringatku untuk emak

agar emak tak perlu lagi keliling cari pinjaman beras

atau mengikat perut dengan setagen

menahan lilitan perih

Palembang |150114|

SUNYI DALAM NING

Panggil dia Ning.

Perempuan tak kenal musim. Remah-remah duka. Repihan luka.

Panggil saja dia Ning.

Perempuan yang hidup di tengah sengkarut. Seorang pemuja laut. Ya, di dadanya laut; tempat ia melarung segala kalut.

Hari ini sore berlangit malam. Ada yang melintas diam-diam, serupa angin. Diliriknya Ning yang duduk di beranda berlampu temaram. " Dia masih sesunyi makam," katanya dalam gumam.

Ning hanya diam. Jemarinya tak henti menggerakkan jarum, merenda benang-benang hitam berkilat. Benang-benang sepi yang terus saja menjurai. Walau keranjang di sisinya telah dipenuhi berkuntum-kuntum bunga hitam.

Ah, panggil dia Ning.

Perempuan berkalung sunyi. Bertabur pecahan waktu. Berkerudung abu-abu.

Palembang ||11102014||

HAWA NING

bukan langit

tapi tak kalah kokoh dari langit

bukan laut

namun lebih luas meluas dari laut

bukan matahari

tidaklah ia kalah benderang dari matahari

dan meski bukan bumi

ia telan segala dera di rahimnya yang sunyi

ia bukanlah udara

tetapi dalam napasnya napas-napas berada

kurasa bukan itu tak harus ada padanya

ialah langit

dialah laut

ialah jua matahari

pun ia bumi

dia pula udara

Palembang ||04112014||

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun