malam semuram wajahmu
menangis diam-diam, dalam tidur pura-pura
tak ada suara selain isak setipis angin
dan derik nafas berat dari dada tipismu
ah, bagaimana lagi aku yakinkanmu, mak?
aku lelah titipkan impian
pada batu-batu
pada roda-roda berkarat
pada tanah rengkah di balik bukit putih itu
pada tidur serupa lindur
apa salah jika kini kutitipkan impianku
pada tanah asing, ketika negeri ini
tak mampu beri kita apa-apa
bahkan, segenggam tanah kuburan gratis?
demi sebutir harap tersisa
izinkan kubawa langkah ke tanah rantau
wujudkan mimpi saat tidur dan jagaku
berimu lebih dari sekadar raskin
yang seperti olok-olok untuk kemiskinan kita
sangui saja aku dengan doamu sepenuh-sepenuh
tak akan lama, mak
aku akan sering berkirim kabar,
dan buah keringatku untuk emak
agar emak tak perlu lagi keliling cari pinjaman beras
atau mengikat perut dengan setagen
menahan lilitan perih
Palembang |150114|
SUNYI DALAM NING
Panggil dia Ning.
Perempuan tak kenal musim. Remah-remah duka. Repihan luka.
Panggil saja dia Ning.
Perempuan yang hidup di tengah sengkarut. Seorang pemuja laut. Ya, di dadanya laut; tempat ia melarung segala kalut.
Hari ini sore berlangit malam. Ada yang melintas diam-diam, serupa angin. Diliriknya Ning yang duduk di beranda berlampu temaram. " Dia masih sesunyi makam," katanya dalam gumam.
Ning hanya diam. Jemarinya tak henti menggerakkan jarum, merenda benang-benang hitam berkilat. Benang-benang sepi yang terus saja menjurai. Walau keranjang di sisinya telah dipenuhi berkuntum-kuntum bunga hitam.
Ah, panggil dia Ning.
Perempuan berkalung sunyi. Bertabur pecahan waktu. Berkerudung abu-abu.
Palembang ||11102014||
HAWA NING
bukan langit
tapi tak kalah kokoh dari langit
bukan laut
namun lebih luas meluas dari laut
bukan matahari
tidaklah ia kalah benderang dari matahari
dan meski bukan bumi
ia telan segala dera di rahimnya yang sunyi
ia bukanlah udara
tetapi dalam napasnya napas-napas berada
kurasa bukan itu tak harus ada padanya
ialah langit
dialah laut
ialah jua matahari
pun ia bumi
dia pula udara
Palembang ||04112014||
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H