dan buah keringatku untuk emak
agar emak tak perlu lagi keliling cari pinjaman beras
atau mengikat perut dengan setagen
menahan lilitan perih
Palembang |150114|
SUNYI DALAM NING
Panggil dia Ning.
Perempuan tak kenal musim. Remah-remah duka. Repihan luka.
Panggil saja dia Ning.
Perempuan yang hidup di tengah sengkarut. Seorang pemuja laut. Ya, di dadanya laut; tempat ia melarung segala kalut.
Hari ini sore berlangit malam. Ada yang melintas diam-diam, serupa angin. Diliriknya Ning yang duduk di beranda berlampu temaram. " Dia masih sesunyi makam," katanya dalam gumam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!