"Kita akan bertemu lagi, Reine. Jangan bersedih!"
3 tahun telah berlalu. Gadis yang memiliki nama lengkap Natarisha Reine Adyapraja itu berhenti di depan gerbang SMA yang menjadi tempat baru dimana ia akan melanjutkan pendidikannya. Caca menghembuskan napas panjang lalu menyemangati dirinya sendiri.
"Kamu juga murid baru disini?" tanya seseorang di belakang. Caca menoleh kemudian menyunggingkan senyum ketika mendapati seorang gadis seumurannya.
"Iya" jawab Caca singkat.
"Nama kamu siapa?" tanya gadis itu.
"Natarisha Reine Adyapraja. Namaku Reine, tapi orang-orang lebih suka memanggilku Caca" jawab Caca.
"Oh, begitu. Kenalin, namaku Kyra Sofia Tantri. Panggil aja Kyra. Kita masuk barengan, yuk?" ajak gadis itu, Kyra. Caca mengangguk. Mereka pun melangkah masuk menuju gedung sekolah bersama.
Ini adalah sebuah kemajuan besar bagi Caca. Biasanya dia akan menjadi seseorang yang pendiam ketika dia berada di lingkungan baru. Namun kali ini dia sudah mendapatkan banyak teman. Salah satunya Kyra yang tadi ia temui di depan gerbang sekolah. Dan ada juga Karin yang merupakan teman sekelasnya saat SMP.
***
Kegiatan MPLS akan segera dimulai. Semua siswa baru juga sudah berkumpul di lapangan. Tampak para siswa sudah akrab dengan lingkungan baru mereka. Ada yang baru berkenalan, ada yang mengobrol dengan kakak kelas, ada pula yang sudah bercanda dengan sesama siswa baru. Caca, Kyra, dan Karin sibuk membaca daftar siswa baru di SMA. Tiba-tiba Caca terdiam ketika membaca nama panggilan salah satu siswa baru.
"Rey? Namanya sama seperti teman masa kecilku. Bagaimana kabar Rey sekarang, ya? Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya"Â gumam Caca.
"Kita absen semuanya dulu ya, adik-adik!" ucap seorang guru melalui mikrofon. Sontak semua siswa diam dan mendengarkan guru mengabsen satu per satu siswa baru di SMA.
"Natarisha Reine Adyapraja?" panggil guru itu. Caca mengacungkan tangan. Guru itu menyentang nama Caca dalam daftar.
"Karin Alfia Zahra?" giliran Karin yang mengacungkan tangan.
"Rey Alarick Kamajaya?" napas Caca seolah terhenti. Dia membeku ketika mendengar nama Rey Alarick disebut. Sontak Caca menoleh ke arah barisan laki-laki. Caca semakin terkejut ketika melihat seorang lelaki mengacungkan tangannya. Dia bukan lelaki yang asing bagi seorang Natarisha Reine Adyapraja. Ternyata waktu kembali mempertemukan mereka.
"Rey? Itu beneran Rey, kan? Aku nggak mimpi atau salah lihat, kan?" tanya Caca pada dirinya sendiri. Gadis itu berkali-kali mengerjapkan mata. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalua seseorang yang dilihatnya itu benar-benar Rey Alarick, teman masa kecilnya. "Itu Rey.."
***
"Ca," panggil Kania. Caca menoleh.
"Kenapa, Kania?" tanya Caca.
"Kamu nggak ada perasaan apa-apa sama Rey, kan?" tanya Kania. Caca tertawa pelan. Jujur, lama kelamaan Caca terbiasa dengan pertanyaan semacam itu. Banyak yang penasaran dengan Caca dan Rey.
"Nggak ada, lah! Dia cuman teman aku waktu kecil" jawab Caca.
"Kalau Rey suka sama seseorang, kamu bakalan gimana?" kali ini giliran Alya yang bertanya.
"Ya nggak papa dong. Itu juga hak nya Rey. Ngapain juga di permasalahkan" jawab Caca.
"Dulu kalian deket banget waktu kecil. Tapi pas ketemu di SMA, kenapa kalian nggak deket lagi? Sekarang kalian jadi kayak orang asing" tanya Kyra. Caca terdiam lalu menoleh ke arah Rey yang sedang bersama teman laki-lakinya. Caca menghela napas berat.
"Kita bukan anak kecil lagi. Kalau kita sedekat dulu, dunia yang kita hadapi sekarang bukan lagi dunia yang saat itu mampu membuat kita mengukir banyak kisah dengan bebasnya. Sekarang aja pas aku ngobrol sama Rey, banyak kakak kelas ataupun temen-temen yang heboh. Trus suka jodoh-jodohin aku sama Rey. Ya kita jadi nggak bisa deket kayak dulu lagi" jelas Caca kemudian tertawa. Disusul teman-temannya.
***
"Cacaaaa!!! Akhirnya kamu masuk sekolah lagi!! Kangen tau!!" protes Kyra lalu memeluk Caca. Caca tertawa.
"Iya, aku juga kangen banget!" ucap Caca.
"Kamu udah sembuh, kan?" tanya Kyra.
"Udah, kok" jawab Caca.
"Yaudah, kita masuk kelas, yuk? Udah mau bel" ajak Kyra. Caca mengangguk. Mereka pun bersama-sama masuk kelas.
Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Tapi tempat duduk Rey masih saja kosong. Caca berkali-kali menoleh ke arah pintu. Namun hasilnya nihil. Bahkan ketika guru menjelaskan materi, sebagian pikirnya sibuk mencari dimana Rey.
"Ahza, Rey nggak masuk, ya?" tanya Caca pada ketua kelasnya.
"Iya, Ca. Ngomong-ngomong, kamu udah tau kalau Rey mau pindah sekolah?" jawab Ahza sembari bertanya. Caca terdiam. Detak jantungnya seolah berhenti.
"H-hah? Maksudnya?" Caca tak mengerti.
"Rey mau pindah ke Kanada. Besok bakalan jadi hari terakhir Rey sekolah disini" jawaban Ahza membuat Caca semakin lemas. Dia baru saja bertemu dengan Rey setelah berpisah selama 3 tahun. Dan kini mereka harus terpisah lagi?
"Tapi kenapa? Kenapa, Za?!" tanya Caca. Gadis itu berusaha menahan air matanya.
"Nggak tau, Ca. Tapi katanya dia bakalan ikut ayahnya dinas ke Kanada" jawab Ahza.
"Rey.."
***
Rey melangkah masuk menuju ruang kelasnya. Wajahnya tampak lesu. Dia melewati meja Caca dan segera duduk di kursinya. Caca menunduk kemudian menghembuskan napas kasar saat Rey melewatinya. Waktu demi waktu berlalu. Bel pulang sudah berbunyi. Sebelum teman-temannya keluar, Rey berdiri di depan kelas.
"Sebelumnya, maaf karena ini mendadak banget. Tapi aku minta maaf kalau aku punya salah sama kalian semua. Dan maaf aku nggak bisa lanjutin sekolah disini. Aku mau ikut ayah aku ke Kanada. Jadi, sukses terus buat kalian semua. Makasih buat semuanya. See you, guys!" kata demi kata diucapkan oleh Rey. Lelaki itu melangkah keluar kelas. Caca segera berlari mengejarnya.
"Rey!" panggil Caca. Langkah Rey terhenti.
"Reine salah apa sama kamu, Rey?" tanya Caca. Air matanya mulai menetes. Namun Rey Alarick tetap diam.
"Maaf kalau Reine ada salah sama Rey. Makasih udah hadir lagi di kehidupannya Reine meskipun Rey cuman sebentar disini. Rey mau sekolah di Kanada, kan? Semoga sukses terus, Rey. Semoga betah di sana. Tetep jaga kesehatan. Maaf kalau selama disini, Reine bikin Rey ngerasa nggak nyaman karena Rey sering dijodoh-jodohin sama Reine. Maaf kalau Reine masih sering berharap kita bisa kayak dulu lagi. Makasih buat semuanya, Rey. Sekali lagi maaf kalau Reine ada salah" ucap Caca sambil terisak. Gadis itu melangkah pergi meninggalkan Rey yang masih termenung.
"Maaf, Reine. Tapi aku janji. Suatu saat nanti, kita pasti akan di pertemukan kembali. Aku tidak meminta bantuan pada waktu. Karena waktu hanya memberi kita sedikit kesempatan untuk mengukir kisah. Aku akan meminta bantuan pada udara dan alam semesta. Mereka menjadi saksi bahwa aku akan menemui kamu lagi, Reine. Di suatu tempat dan ribuan kesempatan untuk mengukir kisah kembali" ucap Rey lirih.
***
Kota Osaka di malam hari begitu ber angin. Lampu-lampu kecil menerangi suasana malam yang begitu dingin. Caca yang mendapat jadwal kuliah malam berlari kecil menuju kampusnya. Tiba-tiba seseorang menabraknya. Caca terjatuh dan buku-buku yang di bawanya terjatuh.
"Aduh!" pekik Caca spontan.
"Oh, gomenna.." ucapan orang itu terhenti ketika Caca menoleh melihatnya. Caca juga terkejut saat melihat orang yang menabraknya. Angin kencang berhembus. Membuat bunga sakura berguguran dari pohonnya.
"R-rey?"
- e n d -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H