Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tikus yang Mati Kekenyangan

2 Februari 2024   10:01 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:21 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: unsplash.com/JoshuaJCotten

"Kau menyuruh kami memakan uang ini?" tanya salah satu dari kami, si kakek tikus yang membawa tongkat ke mana-mana.

"Iya. Kau masih punya gigi bukan? Hahaha," jawab si tikus sok kaya sambil tertawa. Kami terdiam.

"Ayo kita lahap sampai habis!" ajaknya bersemangat.

"Tetapi uang bukan untuk dimakan!" sanggah salah satu dari kami, si nenek tikus yang sudah beruban.

"Hahaha, jangan naif! Apakah kayu, perabot, sampai buku-buku itu untuk dimakan? Tidak juga bukan? Apalagi jika kalian melihat dari pandangan manusia! Bagi bangsa seperti kita apa saja bisa dimakan! Bukankah dalam ilmu biologi kita diciptakan sebagai makhluk omnivora?"

Kami pun terdiam sejenak, lalu serentak menjawab, "Uang ini bukan hak kita!"

"Kalian pikir semua yang kalian makan di rumah itu adalah hak kalian?"

"Tentu saja! Kami ditakdirkan memakan itu untuk bertahan hidup!"

"Baiklah. Begitupun uang ini, anggap saja takdir kalian!"

 "Kalau kita makan uang itu, apa bedanya kita dengan manusia?"

"Manusia tidak makan uang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun