Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menyendok Sisa Tawa dalam Sepiring Kesepian

22 Januari 2024   11:42 Diperbarui: 7 Maret 2024   00:44 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawa terhenti. Ingatan tentang adik bungsu mereka memecah derai tawa itu, membungkus sisa kenangan yang ada di hati mereka.

**

Makan malam di rumah Soleh dan Warsini hening. Hanya denting sendok yang menghiasi seluruh ruangan. Tetapi, senyum tak berhenti merekah dari kedua bibir mereka. 

Penantian mereka akan hari ulang tahun Soleh sudah meletup-letup, telah matang sempurna. Sebelum penantian itu meledak, hari itu harus segera tiba. Lengkungan di bibir mereka terus terbit sepanjang hari, siap menyambut derap langkah anak-anak mereka di lantai-lantai rumah.

"Besok pagi, kita harus ke pasar, beli cumi segar!" kata Soleh setelah nasi di piringnya tandas. Semangatnya bak sungai yang meluap. Wajah anak-anaknya mengalir sepanjang hulu ke hilir, bersiap untuk segera bermuara pada pertemuan esok hari.

"Sebaiknya beli yang lain saja, Pak. Kalau Ela tidak datang, kan mubazir. Kedua kakaknya juga alergi seafood."

"Beri ke tetangga saja kalau tak ada yang makan, yang penting kita siapkan."

Warsini terdiam, mencoba menelan pahit kenyataan dan harapannya yang hanya tinggal remah-remah.

**

"Ibu masak cumi asam pedas?" tanya Robi sesampainya di rumah. Perayaan ulang tahun Soleh akhirnya tiba.

Warsini mengangguk pelan sambil menepuk bahu Robi, "Tidak usah dimakan. Ibu hanya memasak agar bapakmu tidak rewel."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun