Terutama pada saat remaja, remaja ini merupakan sebuah proses transisi dari fase anak anak menuju fase yang lebih tinggi dimana pada fase ini seseorang akan mulai berpikir kritis dan memiliki rasa ingin tau yang lebih tinggi terhadap lingkungan sekitarnya Tetapi masa remaja juga menjadi periode yang rentan terhadap pengaruh negatif yang diterimanya.. Pengaruh ini bisa memunculkan perilaku perilaku yang kurang disuakai atau bahkan sama sekali tidak dikehendaki oleh masyarakat, perilaku seperti itu disebut antisosial (Sarwono, 2011:1).
Dikutip dari jurnal kajian moral dan kewarganegaraan, volume.03,nomor 04. Tahun 2016 pendidikan anak dimulai dari tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan organisasi. Namun lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan yang terpenting. Apabila keluarga salah dalam mendidik maka perilaku sosial anak juga salah, karena perilaku sosial anak memiliki hubungana sangat erat dengan pola asuh orang tua terhadap anak. Peran pola asuh orang tua diusia remaja ini sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan dan perkembangan remaja, dimana remaja seharusnya di beri kebebasan dalam berproses dan menyampaikan aspirasinya, tetapi dalam konteks orang tua juga harus memberikan pengawasan yang seimbang agar perkembangan remaja bisa berjalan dengan baik dan tidak menyimpang dari hakikatnya
Sebagai contoh yang sering terjadi di era sekarang ini, sebagian besar sebab dari kenakalan remaja dipengaruhi oleh faktor lingkungan khususnya lingkup keluarga. Orang tua yang seharusnya menjadi faktor pendukung perkembangan anak malah menjadi penghambat perkembangan anak. Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter kepada anak yang akan menyebabkan anak merasa tertekan dan tidak nyaman dengan lingkungan keluarganya sehingga mereka lebih memilih mencari suatu tempat yang dimana mereka akan mendapatkan kebebasan yang tidak ia dapatkan didalam keluarga.
Di sisi lain tak jarang pula orang tua yang hanya sibuk bekerja dan tidak memperhatikan perkembangan anak, akan menyebabkan anak berfikir seolah kehadiran dirinya tidak dianggp penting, sehingga mereka memilih memasuki dunia luar yang lebih bisa  menerima kehadirannya atau setidaknya lebih peduli dengannya. Ketika mereka sudah tidak nyaman dengan kondisi keluarga, mereka lebih cederung akan melampiaskannya dengan pergaulan yang negatif karena memang diusia remaja, pemikiran mereka masih tergolong labil dan mudah terpengaruh hal hal baru tanpa memikirkan akibatnya.
Sejatinya seorang anak memerlukan bimbingan dan arahan dari orang tua, mereka membutuhkan seseorang yang bisa diajak diskusi dalam menyelesaikan permasalahan, memotivasi, mendengarkan keluh kesahnya dan juga mendampingi anak dalam berproses. Untuk itu pola asuh dan peran orang tua sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dari ketiga jenis pola asuh orang tua, yang seharusnya diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh demokatis karena pola asuh inimemberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, saling menghormati, kerjasama, bertanggung jawab, responsif terhada kebutuhan anak, dan realistis terhadap kemampuan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis ini akan memberikan pengasuhan terhadap anak melalui perhatian, peraturan, hadian, hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya, sikap perilaku dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi dan dilakukan juga oleh anak,
Menurut saya fenomena pola asuh yang diterapkan orang tua di era sekarang ini lebih cenderung ke pola asuh otoriter terutama di daerah pedesaan yang mana konsep pemikiran orang tua masih sangat bersifat tradisional dan selalu menuntut anak untuk menuruti kemauan orang tua sehingga anak tidak bisa berkembang untuk mengasah kemampuannya secara maksimal.
Hal ini berbeda dengan pola asuh yang di terapkan di perkotaan, masyarakat kota lebih cenderung memliki pemikiran yang terbuka dan lebih maju sehingga mereka akan memberi pengarahan yang baik dan sesuai kebutuhan anak, namun tak jarang pula dari mereka yang biasanya terlalu sibuk bekerja dan kurang memperhatikan perkembangan anak terutama pada usia remaja.
Mereka lebih memillih mempercayakan perkembangan anak melalui sekolah ataupun instansi lainnya dengan harapan anaknya akan mendapat bimbingan dan arahan dari pihak tersebut. memang tidak ada salahnya jika orang tua menitipkan anaknya ke sekolah atau instansi tetapi harus diimbangi dengan pendampingan dan perhatian orang tua terhadap anak agar seorang anak khususnya remaja memiliki kenyamanan di dalam keluarga sehingga akan sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangannya.
KesimpulanÂ
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menurut pendapat beberapa ahli dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu navitisme (hereditas), empirisme (lingkungan) dan konvergensi (perpaduan antara hereditas dan lingkungan). Lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Tak hanya itu, pola asuh orang tua juga merupakan hal yang penting dalam pembentukan karakter yang akan menentukan arah tujuan hidup seoang anak dimasa depannya