Aliran nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran psikologis. Aliran ini diyakini para ahli bahwa perkembangan manusia ini ditentukan dari pembawaannya (hereditas) ,sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apapun atau biasa disebut dengan "pesimisme pedagogis". Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer. Pada intinya aliran ini menekankan bahwa perkembangan anak di pengaruhi oleh hereditas anak. Hereditas sendiri  merupakan pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik dari pihak orang tuanya. Faktor hereditas atau sering disebut genetik adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh gen yang berasal dari orang tua anak sejak terjadi konsepsi melalui proses genetik (Nyanyu Khadijah, 2014:37). Misalnya jika ada sepasang suami istri yang pandai di bidang seni, kemungkinana besar anaknya juga akan menruni bakat orang tuanya dan menjadi seniman.
Aliran Empiris
Aliran empiris adalah aliran yang menekankan pada lingkungan, pengalaman, dan pendidikan dalam arti perkembangan  manusia itu semata-mata tergantung pada pengalaman,lingkungan,dan pendidikannya. Aliran ini merupakan lawan dari Aliran Navitisme. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke. Pada intinya aliran ini berpendapat bahwa perkembangan seorang anak hanya bergntung pada lingkungannya, dalam hal ini tak lepas dari kondisi lingkungan di sekitarnya khususnya di lingkungan keluarga. Didalam keluarga harusmya peran orang tua sagat mendominasi, perkembangan seorang anak bergantung kepada bagaimana cara orang tua dalam memperlakukan, memandang, dam membimbing anak. Misalnya seorang anak yang terlalu dimanja juga akan mengganggu perkembangan anak, anak yang seperti itu akan bersikap seolah seolah dia berkuasa karena orang tua selalu melindungi dan memanjakannya meskipunia berbuat salah, hal ini akan menyebabkan perilaku menyimpang anak
      Aliran konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan airan nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi ini adalah Louis William Stern. Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan (Muhibbin Syah, 2009:45). Misalnya seorang anak yang dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan keluarga santri, ia kelak akan berpotensi menjadi ahli agama bilamana ia di didik di lingkungan pendidikan beragama. Begitu juga ketika seorang anak yang dilahirkan dan diasuh di lingkungan yang bisa dikatakan orang tua dan lingkungan sekitarnnya minim ilmu agama, anak tersebut juga akan berpotensi demikian.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak tentunya mengalami beberapa fase, pada esai kali ini akan di jabarkan pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak usia (6-7 th) dan  pengaruh pola asuh orang tua pada masa remaja
Pengaruh pola asuh orang tua pada anak usia 6-7 tahun
   Dilansir dari jurnal ilmiah VISI P2TK PAUDNI,vol.8, nonor 2 Desember 2013 yang berjudul pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosial anak usia 6-7 tahun bahwa usia dini (0-8 tahun )merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorag anak. Usia dini juga sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Usaha orang tua untuk mengembangkan kemampuan sosial anak adalah dengan memberikan pola pengasuhan yang tepat. Pola asuh orng tua biasanya dapat digolongkan menjadi 3 yaitu demokratis, otoriter, dan permisif. Pola asuh inilah yang akan memberi kesempatan kepada anak dalam mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak.
   Meskipun pola asuh orang tua telah digolongkan menjadi beberapa jenis, namun dalam praktiknya orang tua leih cenderung menerapkan satu pola asuh saja. Pola asuh otoriter akan mengakibatkan seorang anak tidak kreatif karena orang tua lebih cenderung membatasi perkembangan anak, hal ini di tandai dengan orang tua selalu memerintah ank dan menuntut anak menuruti semua perkataan orag tua tanpa mendengarkan aspirasi anak.
Yang kedua adalah Pola asuh demokratis akan membuat anak belajar untuk bertanggung jawab karena pada pola asuh ini orang tua akan berkomunikasi dengan anak melalui diskusi sehingga anak akan terbuka dengan orang tuanya, dan yang ketiga pola asuh permitif akan membuat anak bertindak sewenang wenang, karena orang tua memberi kebebasan yang sanat bebas kepada anak tanpa mengimbanginya dengan pengawasan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pada usia dini perkembangan anak terjadi begitu pesat, pola asuh orang tua ini sangat berpengaruh terhadap corak dan gambaran kepribadian seorang anak di masa depannya
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap remaja
Secara psikologis masa remaja adalah masa individu yang dapatberintegrasi dengan masyarakat dewasa, pada masa itu anak tidak lagi dibawah tingkat orang orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama (Hurlock, 1994:206). Pertumbuhan dan perkembangan remaja tentunya meliputi berbagai aspek salah satunya adalah perkembangan sosial. Sebagai makhul sosial yang sejatinya selalu membutuhkan bantuan orang lain tentunya kita juga harus memiliki hubungan atau kedekatan sosial yang baik dengan masyarakat di lingkungan sekitar.