Tahukah kamu bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk lebih mengingat pengalaman pahit dibandingkan dengan pengalaman positif.
Pengalaman buruk yang terjadi di masa lalu bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari pembullyan, pelecehan seksual, di tipu, KDRT hingga kehilangan orang terdekat.
Yang menjadi masalah adalah apakah kamu sudah sembuh dari pengalaman buruk tersebut? Kalau kamu masih merasa marah, sedih atau kecewa setiap mengingat kejadian buruk yang kamu alami, bisa jadi kamu belum berdamai dengan masa lalumu dan masih memanggul beban emosi masa lalu.
Kamu tidak akan bisa berjalan jauh ke depan kalau beban emosi yang kamu bawa terlampau berat. Masa depan tidak akan bisa dinikmati kalau kamu masih nyangkut di masa lalu. Lalu, bagaimana caranya agar bisa fokus di masa sekarang? Mengapa perlu resiliensi untuk menghadapi pengalaman pahit masa lalu?Â
Resiliensi untuk Menyembuhkan Pengalaman Pahit Masa Lalu
Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit dan pulih kembali dari peristiwa kehidupan yang menyedihkan, penuh tantangan, pengalaman buruk atau setelah menghadapi kesulitan dan tekanan emosional.Â
Seorang yang resilien tidak akan menghindari rasa sakit atau kesedihan. Melainkan mampu mengelola emosi, meningkatkan pengetahuan untuk beradaptasi serta mengatasi situasi serupa yang merugikan di masa mendatang. Berusaha mencari makna dari pengalaman pahit tersebut untuk melanjutkan hidup dengan kekuatan baru.
Roy Baumeister, seorang Profesor di bidang psikologi sosial dari Florida State University melalui buku karyanya "Willpower: Rediscovering the Greatest Human Strength" dan "Meanings of Life", menjelaskan bahwa resiliensi bukanlah sifat bawaan, melainkan kemampuan yang bisa dikembangkan melalui latihan, pengendalian diri, dan refleksi makna hidup.
Dalam bukunya, Baumeister menekankan pentingnya pengendalian diri dan makna hidup sebagai inti dari resiliensi dalam membantu seseorang bangkit dari situasi sulit.
Pengendalian diri membantu untuk tetap fokus pada solusi, bukannya terjebak dalam emosi negatif. Misalnya ketika menghadapi kegagalan, seseorang yang resilien akan menahan diri dari menyalahkan keadaan atau orang lain dan fokus pada perbaikan.
Ketika menghadapi pengalaman buruk, resiliensi akan membantu mengelola emosi, alih-alih terjebak dalam kemarahan, kesedihan berlarut-larut yang membuat mudah kehilangan arah atau menyerah. Pengendalian diri memungkinkan kita menenangkan pikiran untuk mencari solusi dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang.
Sebagai contoh, seorang yang mengalami kegagalan bisnis mungkin menemukan makna dari kesalahan tersebut dan menggunakannya sebagai landasan untuk membangun bisnis yang lebih baik. Atau setelah kehilangan pekerjaan seseorang mungkin merasa hancur.
Namun, dengan pengendalian diri, mereka dapat mengelola emosi negatif dan mulai mengambil langkah konkret, seperti mencari pekerjaan baru atau mengembangkan keterampilan baru.
Di sisi lain, dalam bukunya "Meanings of Life" Baumeister menyoroti pentingnya menemukan makna dalam pengalaman pahit untuk bangkit dan melihat situasi sulit sebagai peluang untuk belajar atau berkembang.Â
Pencarian makna ini merupakan langkah penting dalam resiliensi, karena membantu memahami bahwa kesulitan tidak harus menjadi akhir, melainkan bagian dari perjalanan hidup.
Proses mencari makna membawa refleksi untuk bertanya pada diri sendiri, "Apa yang bisa saya pelajari dari pengalaman buruk ini?". Dan mulai mencoba terhubung dengan orang-orang di sekitar dengan saling berbagi pengalaman atau mencari dukungan dari orang-orang terdekat yang dapat membantu menemukan perspektif baru.
Cara Menjadi Resilien
Tidak bisa dipungkiri emosi dari masa lalu apalagi pengalaman negatif membuat perasaan tidak enak,marah, sedih dan jengkel. Emosi bisa saja muncul saat kamu berhadapan dengan ingatan masa lalu yang penuh kepahitan.Â
Adakalanya kesulitan atau pengalaman buruk yang terjadi akan membawa perubahan bagi kehidupanmu. Misalnya ketika keluar dari hubungan yang toksik karena disakiti berkali-kali secara fisik, verbal dan mental oleh pasanganmu.
Perubahan paling cepatnya adalah kamu kehilangan pasangan dan perubahan lain yang mungkin terjadi kamu jadi trauma, kepercayaan diri kamu turun, sulit percaya dengan laki-laki setelah sekian lama terjebak di dalam sebuah hubungan yang toksik.
Untuk sembuh dari pengalaman negatif masa lalu kamu harus bisa menerima semua emosi yang muncul dan menerima apapun yang sudah terjadi. Tidak ada lagi jalan untuk kabur dari itu.
Agar lebih dapat menerima emosi negatif yang muncul, kamu bisa latihan mindfulness atau menulis jurnal (diary) yang akan melatihmu untuk terbiasa dalam menerima emosi apa adanya tanpa ada penghakiman.
Selain itu mindfulness juga bisa melatih untuk fokus ke momen saat ini sehingga mencegahmu menjadi over thinking seperti terlalu mencemaskan kejadian masa lalu yang sudah berlalu dan masa depan yang belum pasti.
Sementara dengan menulis jurnal kamu bisa lebih peka terhadap emosi-emosi yang datang dan juga dapat menuangkan respon-respon atas emosi yang datang dengan lebih bebas, lebih aman tanpa melukai orang lain dan pastinya lebih sehat untuk kesehatan mental. Jadikan ini sebagai kebiasaan baru, intinya tujuan utamanya adalah recovery dari masa lalumuÂ
Jalani gaya hidup sehat karena butuh fisik yang prima untuk bisa tangguh secara mental. Olahraga teratur, makan makanan sehat, tidur dan istirahat yang cukup.
Selain memberikan fisik dan gaya hidup sehat, juga akan meningkatkan harga diri (self-esteem) karena merupakan bentuk nyata dari sikap mencintai diri sendiri. Contohnya daripada melampiaskan ke hal negatif seperti ke minuman alkohol atau narkoba, ganti dengan gaya hidup yang lebih sehat.
Perkuat kembali support system kamu untuk berbagi cerita dan saling memberi dukungan. Bisa itu keluarga, pertemanan, rekan kerja, tetangga, atau komunitas mu sebagai sumber kekuatan terbesar.
Yang terakhir, setelah bangkit dari pengalaman pahit buatlah tujuan baru untuk masa depan. Hal ini berguna untuk mendorongmu fokus ke masa depan supaya kamu bisa move on, tidak terlalu memikirkan masa lalu lagi.Â
Tetapkan satu tujuan baru yang realistis seperti membantu orang lain atau mengejar passion yang tertunda. Bangun kebiasaan baru setiap hari yang akan membantumu mengarah pada tujuan tersebut. Dengan begitu perlahan-lahan kamu akan bangkit dari bayang-bayang masa lalu.
****
Pengalaman pahit memang meninggalkan bekas, tetapi bekas itu tidak harus mendefinisikan siapa dirimu. Resiliensi dapat menjadikan pengalaman pahit sebagai pijakan untuk menemukan makna hidup yang lebih mendalam.
Seperti yang dikatakan Roy Baumeister, bahwa kekuatan untuk bangkit ada dalam diri kita sendiri. Dengan melatih pengendalian diri dan terus mencari makna dari setiap pengalaman, kamu tidak hanya mampu menyembuhkan luka, tetapi juga menciptakan hidup yang lebih bermakna dan penuh harapan.
Setiap langkah kecil dalam proses ini adalah kemenangan, dan setiap kemenangan membawa lebih dekat pada penyembuhan. Karena pada akhirnya, resiliensi adalah bukti bahwa manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk bangkit dan bersinar kembali, bahkan dari keterpurukan yang terdalam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI