Rainbow Village atau Desa Pelangi menjadi salah satu tempat paling hits dan populer untuk dikunjungi di Taichung, sekaligus merupakan salah satu tempat paling instagrammable di Taiwan.Â
Namun di balik warna-warni keindahan mural di Rainbow Village, tersimpan cerita menyentuh dan inspiratif tentang perjuangan, kreativitas, dan semangat Huang Yung Fu. Seorang veteran Tentara Nasional Kuomintang (KMT) berasal dari Taishan, Guangdong Tiongkok yang melukis mural di pemukimannya agar tidak digusur oleh pemerintah.Â
Kisah Huang Yung Fu dan Sejarah Rainbow Village
Sejarah Rainbow Village dimulai saat desa ini menjadi tempat tinggal bagi para veteran perang. Huang Yung Fu bersama dengan dua juta Tentara Nasional Kuomintang (KMT) dan warga Tiongkok pimpinan Chiang Kai Sek, melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949.
Para tentara ini ditempatkan di desa-desa tanggungan militer di atas tanah milik Kementerian Pertahanan Nasional di seluruh wilayah Taiwan. Seiring berjalannya waktu banyak rumah yang rusak dan ditinggalkan penghuninya.
Pada tahun 1990-an, pemerintah daerah di Taiwan berencana untuk merobohkan rumah-rumah desa yang rusak ini, dan menempatkan penduduknya di perumahan yang baru. Namun Huang menolak untuk meninggalkan rumahnya hingga tahun 2010 ia adalah satu-satunya warga yang tersisa.
Merasa bosan, dan juga setelah mendengar bahwa pemerintah berencana untuk merobohkan pemukiman tersebut, Huang mulai melukis dinding rumah dan jalan-jalan di desanya dengan cat warna-warni dengan tujuan untuk melestarikannya, agar pemerintah tidak menggusur pemukimannya. Karyanya menjadi bentuk protes damai terhadap rencana penggusuran tersebut.Â
Huang akhirnya berhasil menarik perhatian publik dan mahasiswa dari universitas Ling Tung dan Hung Kuang yang menemukan karya seninya. Mereka memprakarsai Kampanye Selamatkan Desa Pelangi dan berhasil mengajukan petisi kepada walikota Taichung untuk melestarikan koleksi 11 rumah yang tersisa.Â
Daerah tersebut pun lalu menjadi terkenal, warga setempat kemudian menjuluki pemukiman tersebut dengan Rainbow Village atau Desa Pelangi dan menjadi kian populer sampai sekarang.
Huang Yung Fu yang dijuluki Rainbow Grandpa, biasa bangun pukul empat pagi setiap hari untuk merawat karya seninya dengan menyempurnakan lukisan lamanya atau mewarnai lagi cat yang sudah kusam sambil menyapa para wisatawan yang datang. Pengunjung sering menemuinya dan berswafoto bersama. Huang Yung Fu meninggal pada bulan Januari 2024 di usia 101 tahun.
Mengunjungi Rainbow Village setelah Rainbow Grandpa Meninggal
Rainbow Village terletak di distrik Nantun kota Taichung, sekitar 7,5 km di sebelah barat Stasiun Kereta Taichung atau hanya 2,5 km dari stasiun Kereta Cepat (THSR) Taichung. Untuk menuju ke lokasi dari stasiun bisa menggunakan taksi atau bus yang berhenti tepat di depan Rainbow Village.
Sesuai dengan namanya, setiap sudut rumah bekas desa tanggungan militer di Taichung ini dipenuhi dengan mural warna-warni berupa lukisan karakter lucu dan ilustrasi unik orang, burung dan hewan pada dinding tembok, pintu bahkan di lantainya yang menggambarkan kehidupan, cinta, dan kebahagiaan.
Sayangnya toko souvenir dan kafenya sudah tidak di buka lagi sepeninggal Huang. Biasanya pengunjung dapat membeli merchandise berupa payung, topi, kipas, dan lain-lain dengan motif dan ornamen design Huang Yung Fu yang khas atau membeli es krim pelangi dan bubble tea di kafenya.
Menurut berita yang beredar, setelah Huang meninggal terjadi sengketa antara pengelola Rainbow Village dengan Pemda setempat yang menyebabkan Rainbow Village sempat ditutup selama satu tahun.
Ruang Story House yang berisi barang-barang masa lalu Kakek Huang dan dokumentasi sejarah berdirinya Rainbow Village juga sudah tidak dibuka lagi. Hanya tempat untuk menulis dan menggambar kartu kosong yang masih ada. Disinilah biasanya kakek Huang duduk sambil menandatangani kartu yang selesai digambar sekaligus berswafoto dengan pengunjung.
Desa pelangi bukanlah perkampungan luas seperti yang tersirat pada namanya. Tempatnya hanya terdiri dari 11 rumah kecil yang saling terhubung. Saya sendiri hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk berkeliling, mengambil foto dan menulis kartu.Â
Rainbow Village kini telah menjadi tujuan favorit para wisatawan dari seluruh dunia dengan lebih dari satu juta pengunjung setiap tahun. Jam buka mulai dari jam 9 pagi hingga 5 sore setiap hari Selasa sampai hari Minggu. Tidak dipungut biaya tiket masuk ke lokasi.
*****
Meskipun Rainbow Grandpa telah tiada, warisan seni dan dedikasinya terhadap Rainbow Village akan terus hidup. Keindahan dan daya tariknya tidak hanya terletak pada mural-mural yang menghiasi setiap dinding dan jalannya, tetapi juga pada cerita yang menginspirasi di balik berdirinya.
Rainbow Village adalah simbol ketekunan, kreativitas, passion dan rasa cinta pada lingkungan. Bagi para wisatawan, kunjungan ke Rainbow Village bukan hanya tentang melihat karya seni, tetapi juga tentang merasakan semangat yang ditinggalkan oleh Huang Yung Fu. Semangat untuk selalu menemukan keindahan di tengah kesederhanaan hidup.Â
Ini adalah bukti bagaimana seni dan dedikasi dapat menyentuh kehidupan dan meninggalkan warisan abadi. Warisan Rainbow Grandpa akan terus menginspirasi setiap generasi mendatang, dan selalu menjadi tempat di mana warna-warni kehidupan tetap hidup selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H