Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Paradoks Kebahagiaan: Mengapa Kebahagiaan Semakin Menjauh Saat Dikejar?

2 Agustus 2024   14:13 Diperbarui: 6 Agustus 2024   05:54 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang selalu mengejar kebahagiaan dalam hidupnya. | Foto: Pexels.com/James Gana

Victor Frankl seorang psikolog dan penyintas Holocaust, terkenal dengan pandangannya tentang kebahagiaan melalui bukunya "Man's Search for Meaning". Frankl percaya bahwa kebahagiaan tidak dapat dikejar secara langsung, melainkan muncul sebagai hasil samping dari pencarian makna dan tujuan dalam hidup.

Frankl menekankan bahwa kebahagiaan itu adalah efek samping yang tidak disengaja atas tindakan yang telah kita lakukan. Seperti saat kita membantu dan mengabdikan diri pada orang lain untuk tujuan yang lebih besar.

Bahkan kebahagiaan dapat ditemukan dalam situasi yang paling sulit dan penderitaan seperti yang dia alami saat berada di kamp konsentrasi. Penderitaan akan berakhir ketika kita telah menemukan makna dari penderitaan itu dan akhirnya kebahagiaan secara tidak sengaja telah diraih justru setelah merasakan penderitaan.

Ia percaya bahwa menemukan makna dalam penderitaan dapat membawa kebahagiaan yang lebih dalam dan tahan lama. Jadi nikmati dan jalani saja hidup ini biarkanlah mengalir, jangan hidup di masa lalu dan jangan khawatir tentang masa depan fokuslah untuk hidup sepenuhnya di masa sekarang.

Bagaimana Menemukan Kebahagiaan Sejati?

Mencari kesenangan dan menghindari penderitaan sebenarnya adalah naluri dari setiap manusia. Tapi dalam pencariannya, justru membuat kita menjadi semakin tidak bahagia dan akhirnya terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri kita sendiri.

Setiap orang selalu ingin meraih kebahagiaan dan meningkatkan standart kebahagiannya namun keinginan untuk merasakan kebahagiaan selamanya dan selalu bahagia seumur hidup adalah sesuatu yang tidak realistis. Dalam hidup kita akan sesekali merasakan hal buruk dan penderitaan, itulah yang membuat kita terus berkembang.

Sadarkah berapa kali kita selalu membandingkan hidup kita dengan orang lain entah itu teman, keluarga atau orang yang sama sekali tidak kita kenal di media sosial lalu menjadikannya sebagai standart kebahagiaan.

Kalau untuk menjadi bahagia harus memiliki rumah atau mobil yang mewah maka berapa banyak orang di dunia ini yang hidupnya tidak bahagia. Jika standart bahagia dinilai dengan wajah rupawan dan fisik yang sempurna maka seharusnya para selebritis selalu bahagia, kenyataannya tidak.

Kadang kita terlalu memiliki ekspektasi yang berlebihan dalam meraih kebahagiaan namun lupa pada hal-hal positif yang sudah kita dimiliki dalam hidup. Padahal hidup selalu penuh dengan surprise yang dapat diambil hikmah dari sisi positifnya.

Seseorang yang terlahir di keluarga yang ekonominya pas-pasan, jika fokusnya hanya pada nasib buruk dan ketidak beruntungan maka akan menjadi sesuatu yang tidak pernah membahagiakan. Tapi jika fokus pada hal baik pada diri dengan gigih berusaha, semangat dan pantang menyerah maka dapat merubah nasib menjadi wirausaha sukses hingga dapat memperkerjakan teman-temannya yang lulus kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun