4. "Cinta seperti penyair berdarah dingin. Yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya"
5. "Kupetik pipinya yang ranum, kuminum dukanya yang belum. Kekasihku, senja dan sendu telah diawetkan dalam kristal matamu"
6. "Tak ada kesedihan yang sia-sia. Waktu akan mengumpulkan pecahan-pecahannya untuk menyusun kebahagiaanmu, suatu ketika"
7. "Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri"
8. "Engkau tidak takut sekian lama tinggal sendirian?Engkau tidak pernah kesepian?
"Oh, tidak. Mungkin malah sepi yang takut dengan kesendirianku"
9. "Sebagian rambutku sudah jadi rambut salju. Jangan sedih. Aku belum lupa cara berbahagia. Dompet boleh padam, rezeki tetap menyala."
10. "Eh agamamu apa?" Kepala saya tuing tuing. Saya berpikir apakah kopi tokcer dan kue enak yang membahagiakan itu mengandung agama. Sambil buru-buru undur diri, saya menimpal,
"Tuhan saja tidak pernah bertanya apa agamaku"
11. "Bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman"
12. "Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: Ingin sampai rumah saat senja, supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela"