Law Of Attraction (LOA) atau hukum tarik-menarik menjadi sangat populer karena terkait dengan topik kebahagiaan, kekayaan, jodoh, bebas financial, hutang lunas, kesehatan dan sebagainya.
Kata kunci pencarian Law Of Attraction tentang bagaimana mewujudkan keinginan di sosial media ataupun di media mainstream sudah menjadi komoditas yang ramai dicari banyak orang. Namun banyak orang setelah melakukan LOA justru akhirnya malah menderita.
"Bukan hukumnya yang salah tapi mindset atau perspektif pemahamannya akan LOA itu sendiri yang keliru. Kalau kita tidak memahami aspek spiritualitas, hukum tarik-menarik atau LOA justru mendorong kita pada penderitaan dan kemunduran dalam aspek spiritualitas."
Sama halnya ketika kecanduan sesuatu maka kita akan terjebak pada satu kebiasaan terus-menerus dan berlebihan yang berujung pada penderitaan.
Beberapa kesalahpahaman persepsi pada hukum LOA yang membuat kita gagal mendapatkan kebahagiaan.
1. Hukum LOA Pasti Berhasil.
Konsep LOA adalah dengan kekuatan pikiran apapun yang kita pikirkan kita menariknya, atau ketika kita berpikir positif kita menarik hal yang positif dalam hidup kita demikian pula sebaliknya kalau kita berpikir negatif akan menarik hal negatif dalam diri kita.
Dalam batas-batas tertentu hukum LOA tidak salah. Namun meskipun telah memiliki keyakinan yang kuat dan mempraktekkan LOA secara rutin, hasil yang didapat terkadang tidak sesuai dengan harapan.
Ini menunjukkan bahwa LOA tidak selalu efektif bagi setiap orang dan semua tantangan kehidupan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi efektifitas suatu metoda dan hasil akhir.
Hukum LOA hanyalah salah satu dari sekian hukum alam semesta yang sudah pernah dibahas disini. Semesta adalah sebuah misteri perjalanan. Masing-masing hukum alam semesta saling terkait satu dengan yang lain. Satu hukum alam semesta bekerja pasti ada syarat dan ketentuannya.
Ketika kita terjebak bahwa ketika sudah mempraktekkan LOA dan berpikir positif kita sudah pasti menarik dan akan mendapatkan. Inilah awal kita gagal dalam memahami LOA.
2. Bertindak Seperti Tuhan
Ketika sudah melakukan LOA membuat kita beranggapan bahwa pikiran dan perasaan memiliki kekuatan untuk menciptakan realitas yang diinginkan.
Sesuatu yang dibentuk menurut pikiran dan mengikuti apa yang dirumuskan kemudian bisa ditentukan dan dikendalikan. Bila konsisten melakukan LOA, maka kita bisa mengendalikan realitas hidup kita. Tanpa disadari akhirnya kita menjadi Tuhan.
Apabila ternyata tidak berjalan sesuai yang dinginkan justru membuat kita akan selalu merasa bahwa belum sepenuhnya menjalankan LOA seakan melupakan ada hal yang sudah menjadi takdir hidup kita.
3. Menganggap LOA Sebagai Sihir Instan.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa dengan menggunakan LOA mereka dapat dengan cepat mendapatkan apa pun yang mereka inginkan tanpa usaha atau tindakan yang diperlukan.
Banyak pembuktian dari beberapa testimoni yang membuktikan ada yang tanpa diduga menang undian, mendapat warisan, ditolong oleh seseorang yang tidak dikenal, seakan-akan hidupnya penuh kelimpahan dan keberuntungan.
Hal tersebut tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar. Menarik sesuatu menggunakan kekuatan pikiran atau keyakinan itu seperti beriklan, hanya saja iklannya menggunakan media energi.
Kita menarik segala realitas yang selaras dengan energi dan kualitas jiwa kita yang merupakan bagian dari faktor elemen yang akan diproyeksikan ke alam Semesta.
Salah satu faktor penting dari energi dan kualitas jiwa adalah terkait dengan hukum sebab akibat dimana kita memiliki banyak tabungan pahala atau karma baik di masa lalu atau di kehidupan sebelumnya.
Itulah mengapa hasil akhir setiap orang akan berbeda-beda. Begitu juga pengalaman dari para praktisi LOA belum tentu cocok diterapkan dengan masing-masing individu karena proses pengalaman jiwa dan energi seseorang berbeda-beda.
Law of Attraction bukanlah suatu metode mutlak yang dapat menjamin keberhasilan instan. Ini bukan proses yang sederhana melainkan sangat kompleks dimana banyak faktor dan hukum alam semesta lainnya yang saling terkait.Â
4. Terobsesi Memenuhi Ego
Setiap orang memiliki keinginan dan dorongan untuk mewujudkan sesuatu. LOA membuat kita berpikir dapat menjawab dan mewujudkan semua keinginan kita.
Akhirnya kita berupaya bagaimana memenuhi keinginan, yang pada akhirnya ketika itu tercapai, kita akan terus berupaya bagaimana mendapatkan lebih dan lebih lagi.
Jadi tanpa sadar kita terjebak pada kemelekatan dalam memenuhi hasrat semua keinginan dan ego.
Kita tidak hidup dengan mengedepankan pikiran-pikiran dan  hasrat egoistik. Jangan memaksakan keinginan yang sebetulnya bukan merupakan ketentuan Ilahi.
5. Kebahagiaan Hanya Bisa Didapatkan Ketika Keinginan Terwujud.
Praktek Law Of Attraction membuat persepsi seseorang yang melakukannya seperti melegitimasi bahwa kebahagiaannya itu hanya bisa dicapai atau didapatkan ketika keinginannya terwujud.
Artinya seseorang akan menjadi bahagia ketika dia mendapatkan. Ketika mendapatkan uang, kekayaan, atau  pasangan lalu kamu menjadi bahagia. Padahal bahagia itu pilihan.
Kebahagiaan itu hanya perspektif mana yang kita pilih. Itu sebabnya tidak ada kondisi objektif dan realitas yang objektif. Ada orang yang kaya tidak bahagia, artis populer dan punya segalanya akhirnya bunuh diri. Sebaliknya ada orang yang miskin tidak punya materi tapi dia bisa merasa bahagia. Segalanya punya perspektif dari kacamata masing-masing.
Kebahagiaan itu adalah rasa dan rasa itu kita semua tidak belajar. Kebahagiaan itu selalu ada hanya ketika kita terjebak bahwa kita akan bahagia ketika terpenuhi semua keinginan, di situlah kita mulai menderita.
6. Cara Bahagia Harus Dengan Tehnik Dan Rumus
Menempatkan sesuatu yang terkait dengan kebahagiaan itu harus ditempuh dengan cara-cara yang terukur dengan rumus dan ada tekniknya. Segala sesuatunya menjadi serba pasti, semua dipandang hitam putih.Â
Akhirnya kita mempraktekkan LOA dengan berbagai metode teknik belajar mengikuti cara para praktisi LOA, tetapi kemudian tidak berhasil. Lalu pergi ke praktisi yang lain mencoba metode yang lain atau melihat tutorial dan video petunjuk dari praktisi lainnya bahkan membeli paket program LOA yang dijual dengan harga yang lebih mahal.
Setiap kali ada yang mempertanyakan kenapa tidak berhasil? Jawabannya pasti karena kurang berupaya, kurang yakin, kurang visualisasi atau kurang merasakan dan sebagainya.
Apa yang salah di sini, kembali lagi bahwa tidak ada satu rumus yang bisa menjamin suatu hal secara objektif mendatangkan kebahagiaan.
Ketika kita sudah terobsesi maka menjadi tidak seimbang karena kita sudah terpola bahwa segala sesuatu seperti ada rumus hitam putih.
7.Timbul Perasaan Cemas Dan Ketakutan
Saat berhasil mewujudkan keinginan setelah mempraktekkan LOA tapi justru disitu masalahnya mulai muncul.
Dalam perjalanannya kita telah melakukan upaya yang cukup lama dan berusaha keras. Pada saatnya ketika sudah mendapatkan, justru dalam kondisi yang serba ketakutan. Cemas dan ketakutan kalau nanti akan kembali kepada keadaan sebelum mencapai kondisi itu.
Misalnya dulu kita serba berkekurangan lalu takut menjadi miskin lagi sehingga menjadi pribadi yang pelit dan mudah curiga dengan orang lain. Kita sudah berupaya mendapatkan jodoh setelah mendapatkannya menjadi takut kehilangan yang pada akhirnya menjadi possesif dan toxic.
Ini bertentangan dengan hukum polaritas bahwa segala sesuatu berpasangan. Kalau kita ingin mendapatkan sesuatu suatu saat kita juga harus siap untuk kehilangan.
Penderitaan muncul jika kita memaksakan keinginan egoistik yang harus terwujud dengan segala cara. Kita hanya perlu fokus melakukan yang terbaik dan tidak melekat pada hasil. Berbuat baik, bersyukur dan berterimakasih atas semua anugerah yang telah diberikan.
Jika gagal menerapkan LOA atau justru semakin mengalami hal-hal yang jauh dari apa yang kita inginkan, kita akan dapat belajar dan berkembang secara spiritualitas untuk lebih memahami mekanisme hukum LOA secara lebih menyeluruh serta bagaimana menemukan diri sejati kita.
"Happiness is a choice. You can choose to be happy. There's going to be stress in life, but it's your choice whether you let it affect you or not." ~Valerie Bertinelli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H