Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terjebak dalam Penderitaan karena Law of Attraction (LOA)

1 Juni 2023   09:31 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:26 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Paham Memahami Law Of Attraction Berujung Penderitaan. Sumber : pexels.com/cottonbro studio

Kebahagiaan itu adalah rasa dan rasa itu kita semua tidak belajar. Kebahagiaan itu selalu ada hanya ketika kita terjebak bahwa kita akan bahagia ketika terpenuhi semua keinginan, di situlah kita mulai menderita.

6. Cara Bahagia Harus Dengan Tehnik Dan Rumus

Menempatkan sesuatu yang terkait dengan kebahagiaan itu harus ditempuh dengan cara-cara yang terukur dengan rumus dan ada tekniknya. Segala sesuatunya menjadi serba pasti, semua dipandang hitam putih. 

Akhirnya kita mempraktekkan LOA dengan berbagai metode teknik belajar mengikuti cara para praktisi LOA, tetapi kemudian tidak berhasil. Lalu pergi ke praktisi yang lain mencoba metode yang lain atau melihat tutorial dan video petunjuk dari praktisi lainnya bahkan membeli paket program LOA yang dijual dengan harga yang lebih mahal.

Setiap kali ada yang mempertanyakan kenapa tidak berhasil? Jawabannya pasti karena kurang berupaya, kurang yakin, kurang visualisasi atau kurang merasakan dan sebagainya.

Apa yang salah di sini, kembali lagi bahwa tidak ada satu rumus yang bisa menjamin suatu hal secara objektif mendatangkan kebahagiaan.

Ketika kita sudah terobsesi maka menjadi tidak seimbang karena kita sudah terpola bahwa segala sesuatu seperti ada rumus hitam putih.

7.Timbul Perasaan Cemas Dan Ketakutan

Saat berhasil mewujudkan keinginan setelah mempraktekkan LOA tapi justru disitu masalahnya mulai muncul.

Dalam perjalanannya kita telah melakukan upaya yang cukup lama dan  berusaha keras. Pada saatnya ketika sudah mendapatkan, justru dalam kondisi yang serba ketakutan. Cemas dan ketakutan kalau nanti akan kembali kepada keadaan sebelum mencapai kondisi itu.

Misalnya dulu kita serba berkekurangan lalu takut menjadi miskin lagi sehingga menjadi pribadi yang pelit dan mudah curiga dengan orang lain. Kita sudah berupaya mendapatkan jodoh setelah mendapatkannya menjadi takut kehilangan yang pada akhirnya menjadi possesif dan toxic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun