Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seberapa Lama Kamu Bertahan? Cara Mengatasi Gangguan Mental

2 Maret 2023   08:35 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:20 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gangguan Mental mengakibatkan halusinasi. Sumber Foto: pexel.com

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada Oktober 2022 mengungkapkan bahwa 5,5% remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental. Sementara data badan pusat statistik tahun 2021 menyebut telah terjadi 5.787 korban bunuh diri maupun percobaan bunuh diri.

Yayasan Pencegahan Bunuh Diri (EHFA ) mengungkapkan bahwa tingkat bunuh diri di Indonesia sesungguhnya bisa mencapai 4 kali lipat dari angka yang telah dilaporkan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental tidak boleh dianggap remeh.

Mental adalah hal yang berkaitan dengan batin dan jiwa. Dilansir dari Kementerian Kesehatan, kesehatan mental adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Seperti kata pepatah "Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat", artinya memiliki mental yang sehat sama pentingnya dengan memiliki fisik yang sehat begitu juga sebaliknya. Tanpa mental yang sehat kamu akan kehilangan motivasi, keberanian, semangat dan rasa percaya diri.

Mayoritas gangguan mental dialami oleh remaja, namun banyak juga dialami oleh anak kecil, usia lanjut, mereka yang berpendidikan tinggi dan juga oleh mereka yang tidak bermasalah secara materi.

Penyakit mental yang sering dialami diantaranya adalah depresi mayor, gangguan kecemasan (Anxiety Disorder), Bipolar, Skizofrenia, panic attack, Obsessive Compulsive Disorder (OCD), gangguan perilaku, gangguan stress pasca trauma (Post-Traumatic Stress Disorders) serta gangguan pemusatan perhatian.

Hanya sedikit dari mereka yang mencari bantuan profesional, karena mereka menganggap cukup dengan curhat dengan orang lain atau di sosial media akan meringankan beban, padahal yang terjadi justru sebaliknya.

Seringkali mereka dianggap lebay atau berlebihan, hanya menjadi bahan gurauan, terlalu rapuh, jauh dari Tuhan, kurang beribadah, tidak bersyukur atau tanggapan negatif lainnya. Sebagian memilih untuk diam dan menarik diri dari lingkungan sosial hingga dianggap anti sosial dan aneh.

Beberapa dari kita masih memiliki stigma negatif pada orang yang memiliki masalah mental. Mereka beranggapan bahwa seseorang yang mengalami gangguan mental atau periksa ke Rumah Sakit Jiwa sebagai Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) dan disingkirkan dari masyarakat bahkan diisolasi dalam ruangan.

Hal tersebut menyebabkan penderita gangguan mental semakin terpuruk, putus asa, merasa sendirian dan tak ada yang bisa memahaminya. Bila terus dibiarkan dapat menyebabkan depresi, masalah kejiwaan hingga bunuh diri.

Penyebab Gangguan Mental

Dari Jurnal Prosiding KS: Riset & PKM Vol. 2, No.2,Tahun 2015, penyebab gangguan mental dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: faktor somatogenik, psikogenik, dan sosiogenik

1. Faktor Somatogenik

Faktor penyebab yang berasal dari dalam tubuh, atau disebut juga gangguan mental organik. Antara lain disebabkan adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, kelainan bawaan, cedera otak, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan atau penyalahgunaan narkoba dalam jangka panjang.

2. Faktor Psikogenik

Gangguan mental yang disebabkan oleh peristiwa traumatik seperti mengalami kekerasan fisik, bullying, menderita penyakit tertentu, ditinggal orang terdekat, kurang kasih sayang, diremehkan dan penindasan. Mayoritas faktor penyebab adalah pembullyan sedari kecil dan pelecehan seksual.

3. Faktor Sosiogenik.

Faktor sosial turut berperan menjadi penyebab gangguan mental. Kurang mampu bergaul, masalah finansial, tekanan stress di tempat kerja, kehilangan pekerjaan atau terisolasi dalam jangka waktu yang lama seperti saat pandemi kemarin.

Sosial media turut berperan sebagai pencetus gangguan mental. Berbagai komentar negatif dan hujatan netizen dari postingan kita di sosial media membuat kita stress, terpuruk, gelisah, kecewa,marah, putus asa dan segala macam perasaan negatif lainnya.

Selain itu, sosial media telah menjadi sarana untuk saling membandingkan. Barang-barang yang kita beli, tempat-tempat yang kita datangi, karier dan pencapaian-pencapaian baru hingga standar penghasilan serta standar-standar lainnya. Bila kita tidak dapat mengikuti, rasanya kita menjadi manusia yang kalah, tidak berguna dan tak berdaya.

Mengatasi Gangguan Mental.

1. Mengetahui Sumber Masalah.

Banyak orang merasa gelisah, marah dan sedih tetapi tidak tahu apa yang membuatnya begitu sedih. Ketakutan akan masa depan dan hal-hal yang belum terjadi kadang membuat seseorang tidak dapat mengenali masalah sesungguhnya.

Cobalah kenali dan gali kembali permasalahmu apa yang membuatmu merasa terpuruk. Trauma apa yang memicu emosimu. Ketakutan apa yang membuatmu marah dan gelisah. Apakah ada suatu peristiwa atau kejadian buruk di masa lalu yang masih meninggalkan trauma atau kenangan buruk.

Kamu bisa mengungkapkan perasaanmu pada orang terdekat yang kamu yakin dan percaya mereka akan mendukungmu. Bila kamu tidak memiliki orang yang bisa kamu percaya, maka tuliskan semua permasalahan, pikiran dan perasaanmu lalu cek dan analisa tulisanmu dalam kurun waktu satu minggu. Membuat tulisan jurnal tentang diri sendiri akan dapat membantu mengendalikan kesehatan mentalmu.

2. Memaafkan dan Terima Kenyataan.

Memelihara rasa dendam justru akan menyakiti diri sendiri. Maka maafkanlah orang yang telah menyakitimu, orang yang membuatmu kecewa dan maafkan dirimu sendiri jika kamu memiliki rasa salah agar kamu dapat melangkah dengan ikhlas.

Beberapa masalah dan ujian hidup bisa kita lalui dengan baik namun ada kalanya masalah yang kita hadapi terasa begitu berat. Orang mudah saja berkata semakin berat ujian dan permasalahan hidup akan membuatmu kuat, tapi nyatanya untuk melaluinya tidaklah semudah itu.

Terimalah kenyataan sepahit apapun itu. Bila kamu ditinggalkan maka percayalah bahwa setiap orang pada akhirnya akan pergi, baik pergi dari hidupmu maupun pergi karena ajal. Bila kamu mengalami hal yang sangat buruk, semua itu akan berlalu.

Yakinlah bahwa masih ada orang yang menyayangimu. Semakin cepat kamu move on dan bangkit, semakin cepat itu berlalu dan semakin cepat pula kamu menemukan kebahagiaan baru.

3. Alihkan Semua Pikiran Negatif.

Ketika pikiran negatif mengganggu pikiranmu, segera alihkan ke hal-hal positif hingga kamu merasa lebih baik. Mengingat hal buruk tidak akan menyelesaikan masalahmu, justru hanya akan membuatmu semakin merasa sedih.

Tuliskan atau ceritakan hal-hal yang membuatmu bahagia, hal baik yang sudah pernah kamu lakukan, pencapaian yang pernah kamu miliki, hal yang membuatmu merasa berharga dan mimpi-mimpimu di masa depan.

Fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan dan lepaskan segala pikiran negatif tentang hal yang di luar kendalimu.

4. Melakukan Kegiatan Yang Kamu Sukai.

Sudah berapa lama kamu mengurung diri di rumah dan berapa lama kamu menghindari keluarga atau sahabatmu?

Terlalu lama menyendiri membuatmu terus memikirkan hal buruk dan semakin terpuruk.

Lakukanlah aktivitas yang kamu sukai yang membuatmu teralihkan dari perasaan negatif. Melakukan hobby yang dulu belum sempat kamu lakukan, meditasi, menonton bioskop dengan sahabatmu, pergi ke tempat yang kamu sukai atau sekedar makan di restoran favoritmu sehingga dapat membantu mengalihkan pikiran negatif yang muncul.

5. Cari Bantuan Profesional

Bantuan Psikiater atau Psikolog bagi penderita ganggian mental. Sumber Foto: pexel.com
Bantuan Psikiater atau Psikolog bagi penderita ganggian mental. Sumber Foto: pexel.com

Jika kamu merasa tidak ada perubahan atau kondisimu semakin memburuk, segera cari bantuan ahli. Hubungi psikiater agar kamu dapat segera memperoleh penanganan yang tepat. Jangan sekali-kali melakukan self diagnosis atau mencari solusi melalui google atau sosial media. Bahkan pemegang kartu BPJS Kesehatan bisa mendapatkan akses pengobatan secara gratis.

Kamu tidak perlu merasa malu atau takut karena kamu tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami masalah seperti yang kamu alami. Gangguan mental bisa dialami oleh siapa saja, jika kita tidak mampu menangani masalah sendiri sudah sewajarnya membutuhkan bantuan orang lain.

Jumlah penderita gangguan mental kian bertambah setiap tahun namun kabar baiknya kesadaran orang akan pentingnya menjaga kesehatan mental juga terus meningkat.

Hidup itu indah dan berharga, jangan dilalui dengan kesedihan. It's okay to not be okay. Kamu berhak untuk bahagia dan mengejar semua mimpimu. Suatu hari nanti kamu akan memahami mengapa kamu mengalami penderitaan itu dan menemukan hikmahnya.

"JIka panas, keringkan lukamu. Jika hujan, nikmati rindu. Jika gelap, biarkan harapan menuntunmu. Mentari akan selalu terbit, juga senyumanmu." ~ Fiersa Besari ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun